Bab 21

24.3K 1K 5
                                    

~CHRIS~

"Aku akan berangkat sekarang.", ucapku setelah selesai sarapan dan minum kopi. Aku berdiri dari tempat dudukku, memakai jas dan mengambil tas kerja yang tadi kuletakkan di kursi sebelahku.

Aku berjalan menuju pintu yang diikuti oleh Amelia di belakangku. Begitu aku sampai di depan pintu, aku teringat akan sesuatu.

"Apa kau ada acara nanti siang?", tanyaku pada Amelia.

"Tidak. Kenapa?"

"Aku ingin kau ikut denganku ke suatu tempat nanti siang."

Wajah Amelia langsung tampak berbinar.

"Benarkah? Kemana?", Amelia bertanya antusias.

"Kau akan tahu nanti."

"Kenapa tidak kau beri tahu aku sekarang? Kau membuatku penasaran.", Amelia mengerucutkan bibirnya dan itu membuatku gemas.

"Jangan cemberut seperti itu. Kau membuatku ingin menciummu.", godaku.

Amelia semakin mengerucutkan bibirnya, tapi semburat merah juga muncul di wajahnya. Aku terkekeh melihatnya.

"Aku akan menjemputmu setelah makan siang nanti.", aku berkata padanya.

"Baiklah.", Amelia mengangguk.

"Kalau begitu, aku berangkat dulu.", aku mendekat ke arah Amelia lalu menundukkan kepalaku untuk meraup bibirnya. Aku menempelkan bibirku padanya dan melumatnya selama beberapa saat. Setelah itu, aku melepaskan ciuman kami.

Ini adalah kebiasaan baruku. Aku akan mencium Amelia sebelum aku berangkat ke kantor. Sejak kami berciuman di dermaga beberapa waktu yang lalu, entah kenapa aku terus merasa ketagihan untuk menciumnya lagi dan lagi. Bibirnya terasa begitu manis dan nikmat. Saat mencium bibirnya, api gairah dalam tubuhku langsung berkobar. Aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, bahkan saat berciuman dengan Jane. Seperti ada sesuatu dalam diri Amelia yang membuatku semakin ingin menyentuhnya. Tapi, untuk saat ini aku harus menahan diriku.

Sejauh ini, aku hanya berani menciumnya dan belum berani untuk bertindak lebih jauh. Walaupun kami sudah menjadi suami istri, tapi kami belum pernah berhubungan badan. Aku memiliki prinsip bahwa aku hanya akan berhubungan badan dengan orang yang aku cintai. Oleh karena itu, aku harus memastikan diriku lebih dulu apakah aku sudah mencintai Amelia atau belum.

Tapi, semakin lama aku berada dekat dengan Amelia, godaan untuk menyentuhnya semakin besar. Aku harus sekuat tenaga menahan gairah dalam diriku. Aku takut kami, atau lebih tepatnya aku akan menyesal jika kami melakukan itu hanya karena dorongan nafsu seksual semata.

Aku masih menatap wajah Amelia. Wajahnya selalu saja memerah setiap kali aku menciumnya. Dan hal itu juga selalu membuatku gemas untuk menciumnya lagi.

"Aku berangkat.", ucapku sambil mengelus pipinya yang masih merona.

"Hati-hati.", Amelia berkata pelan sambil tersenyum. Dengan pipinya yang merona merah alami, dia terlihat semakin cantik.

Aku mengangguk lalu berjalan dan masuk ke dalam mobil. Aku harus segera berangkat ke kantor atau kalau tidak, aku akan berakhir dengan menerkam Amelia saat ini juga.

***

Aku baru saja sampai di rumah untuk menjemput Amelia. Aku akan mengajaknya ke toko perhiasan. Aku ingin membeli sesuatu untuknya. Mengingat selama kami menikah, aku belum pernah memberikan apapun untuknya. Walaupun aku tahu Amelia tidak menginginkan apapun dariku, tapi tidak salahnya jika aku ingin memberikan sesuatu padanya, bukan?

Aku membunyikan klakson ketika mobilku sampai di depan rumah. Pintu rumah terbuka dan Amelia keluar dari dalam rumah. Amelia mengenakan dress berwarna peach selutut. Dia terlihat sangat cantik dan anggun. Ngomong-ngomong, Amelia memang selalu terlihat cantik dengan pakaian apapun yang dikenakannya. Aku suka dengan gaya berpakaiannya. Dia selalu memakai dress atau baju yang tertutup yang tidak memamerkan bagian tubuhnya yang lain. Dan dia terlihat sangat feminim.

Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang