~AMELIA~
Aku mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Aku berlari membuka pintu berharap bahwa itu adalah Chris. Benar, itu mobil Chris. Chris keluar dari mobilnya, lalu berjalan ke arah bagasi di bagian belakang mobil. Dia mengeluarkan koper kecil dari dalam bagasi tersebut.
"Kau sudah pulang?", tanyaku ketika aku berjalan mendekatinya dengan senyum yang mengembang di wajahku.
Aku sungguh merindukan Chris setelah beberapa hari tidak melihatnya.
"Seperti yang kau lihat.", dia juga tersenyum saat menjawab pertanyaanku.
Jantungku berdegup kencang melihat senyumannya. Beberapa hari tidak bertemu, kini Chris terlihat lebih tampan dengan bakal janggut tipis yang mulai tumbuh di sekitar wajahnya.
"Kau sudah sarapan?", aku bertanya padanya mengingat sekarang baru jam delapan pagi dan dia sudah sampai di rumah. Sudah dipastikan bahwa dia menempuh penerbangan pagi tadi.
"Belum. Aku tidak sempat sarapan di pesawat karena aku tertidur di sepanjang perjalanan. Dan sekarang aku kelaparan.", dia menampilkan senyum malu-malu.
Aku tertawa kecil melihat ekspresinya.
"Tenang saja, aku sudah menyiapkan sarapan. Kemarikan kopermu, aku akan membawanya ke depan kamarmu dan kau bisa langsung menuju ruang makan.", aku meraih koper yang ada di genggamannya.
"Terimakasih.", ucapnya sambil tersenyum kecil.
Aku mengangguk.
"Sama-sama."
Kami berdua berjalan masuk ke dalam rumah, kemudian berpisah saat Chris menuju ke ruang makan sedangkan aku berjalan ke arah tangga menuju ke depan kamarnya untuk menaruh koper. Kenapa aku tidak langsung memasukkan koper itu ke dalam kamar? Karena aku masih ingat bahwa Chris pernah melarangku masuk ke dalam kamarnya. Jadi, aku menaruh koper itu di samping pintu kamarnya.
Setelah itu, aku turun dan langsung menuju ke ruang makan. Aku melihat Chris sudah duduk di kursi meja makan dengan piring penuh berisi makanan di hadapannya. Aku senang bahwa dia menikmati masakanku. Walaupun dia belum pernah memuji masakanku, tapi selama ini dia tidak pernah mengeluh dengan makanan yang aku buat. Dia selalu memakannya dengan lahap.
"Apa kau sudah sarapan?" Chris bertanya padaku saat melihatku memasuki ruang makan.
"Sudah. Kau nikmati saja sarapanmu."
"Duduklah disini. Temani aku sarapan.", pintanya.
Aku sedikit terkejut mendengar dia memintaku menemaninya sarapan. Tapi, aku bahagia mendengarnya dan dengan senang hati akan kulakukan sesuai permintaannya.
"Tentu. Apa kau ingin kubuatkan kopi?", tanyaku sebelum duduk di kursi sebelahnya.
"Yes, please."
"Oke, tunggu sebentar."
Aku berjalan ke dapur, mengambil cangkir serta pisin yang biasa kugunakan untuk membuat kopi untuk Chris. Beberapa saat kemudian, aku sudah selesai membuat kopi dan langsung kuletakkan kopi tersebut di hadapan Chris.
"Thanks.", ucapnya padaku.
Aku duduk di kursi sebelahnya, mengamati Chris yang sedang memakan sarapannya dengan lahap. Beberapa menit kemudian, Chris sudah selesai dengan sarapannya.
"Aku sangat kenyang.", ucap Chris dengan wajah puas.
Chris menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil mengelus perutnya.
Aku tertawa melihatnya.
"Kau tahu, selama di San Fransisco, aku selalu merindukan masakanmu.", dia menatapku dengan tersenyum kemudian meraih cangkir kopi yang ada di hadapannya lalu menyesapnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)
RomanceChristopher McKenna, seorang pria tampan, sukses namun berhati dingin. Dia memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita akibat masa lalu yang dialaminya. Dia menganggap semua wanita yang mendekatinya hanya berniat untuk memanfaatkan kekayaannya. Dia...