~CHRIS~
Aku terbangun dari tidurku karena merasakan silau cahaya menerpa wajahku. Aku membuka kedua mataku yang terasa sangat berat lalu memandangi keadaan di sekelilingku.
"Aku dimana? Ini bukan kamarku.", kalimat itulah yang pertama kali terlintas di pikiranku.
Aku merasakan sesuatu menempel di dahiku. Tanganku terulur untuk mengambil benda itu, ternyata sebuah handuk kecil yang sedikit basah. Aku kembali memperhatikan keadaan di sekelilingku. Aku berusaha mengingat-ingat kembali bagaimana aku bisa berada di sini. Pulang dari New York, apartemen Jane, perselingkuhan Jane dengan Joseph, hingga akhirnya aku pergi ke club. Aku hanya ingat sampai bagian itu.
Aku mengerang sakit saat merasakan kepalaku yang bertambah pusing akibat aku berusaha mengingat-ingat kejadian semalam.
Kemudian, pintu kamar terbuka. Aku melihat Amelia masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisikan mangkuk dan gelas.
"Mr. McKenna, kau sudah bangun?" dia meletakkan nampan di atas nakas di samping tempat tidur. "Bagaimana keadaanmu?", tanyanya.
"Kepalaku pusing.", ucapku. "Apa kau yang membawaku pulang tadi malam?", tanyaku padanya.
Amelia menyeret kursi kecil mendekat ke sebelah tempat tidur, lalu duduk di kursi itu.
"Benar. Tadi malam pelayan di club menelponku. Dia mengatakan padaku bahwa kau mabuk berat.", jawabnya.
Aku terdiam sambil merasakan bagaimana rasa sakit mendera kepalaku, bahkan sekarang perutku juga mual.
"Tadi malam kau demam. Jadi, aku mengompres kepalamu. Aku juga sudah memeriksa suhu badanmu tadi sebelum aku turun ke bawah, demamnya sudah sedikit turun. Apa kau mau makan sekarang? Aku sudah menyiapkan bubur untukmu. Setelah itu, kau bisa minum obat.", ucap Amelia dengan penuh perhatian.
Amelia mengambil mangkok berisi bubur lalu menyerahkannya padaku.
Tapi, aku diam saja dan tidak segera menerima uluran mangkok darinya. Aku tidak tertarik untuk melakukan apapun. Kombinasi dari rasa pengar dan demam membuat tubuhku terasa sangat tidak nyaman.
"Apa kau masih tidak mau memakan makanan buatanku?", Amelia bertanya padaku. "Atau kau ingin makanan dari luar? Aku akan membelikannya untukmu agar kau bisa makan dan segera meminum obat, Mr. McKenna.", ucapnya lagi. Walaupun menyorotkan kekecewaan, tapi dia masih menampilkan senyum di wajahnya.
"Tidak perlu. Aku makan bubur ini saja.", jawabku lalu berusaha bangun dari posisi tidur untuk duduk bersandar pada punggung ranjang.
Aku memegangi perutku. Posisi duduk membuat perutku semakin mual.
"Hoek...!", aku mengeluarkan suara hendak muntah. Aku sudah tidak tahan lagi ingin memuntahkan isi perutku.
Kemudian, aku segera bangkit dari tempat tidur lalu berjalan terhuyung ke kamar mandi. Begitu sampai di kamar mandi, aku segera memuntahkan isi perutku ke dalam kloset.
"Hoek... hoek...!", hanya suara itu yang keluar dari mulutku selagi aku berusaha memuntahkan sesuatu dari dalam perutku.
Aku merasakan Amelia sedang memijat tengkukku dan sesekali mengelus punggungku.
"Dasar pengar sialan!", umpatku dalam hati.
Inilah alasan kenapa aku sangat jarang mabuk. Aku benci sensasi pengar yang ditimbulkan setelah aku bangun dari keadaan mabuk, seperti yang saat ini sedang kualami.
"Kau baik-baik saja, Mr. McKenna?", Amelia bertanya padaku.
Amelia masih berjongkok di belakangku dan membantu memijat tengkukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me, My Husband! (Kim-McKenna SERIES #1)
RomanceChristopher McKenna, seorang pria tampan, sukses namun berhati dingin. Dia memiliki masalah kepercayaan terhadap wanita akibat masa lalu yang dialaminya. Dia menganggap semua wanita yang mendekatinya hanya berniat untuk memanfaatkan kekayaannya. Dia...