Chapter 5

882 41 7
                                    


=====

Ya ampun, pagi ini benar-benar cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya ampun, pagi ini benar-benar cerah. Sinar mentari pagi semakin membuat bunga hati Sheina tumbuh bermekaran. Apalagi ia bangun tidur langsung disuguhkan dengan pemandangan indah wajah suaminya yang masih tertidur pulas sambil memeluknya.

Sheina mengelus perut telanjangnya, ngidam anak bunda yang membawa berkah. Semoga dengan ini, ayah kamu mulai menyayangi mama ya nak.

Karena teringat dengan acara Zeddy hari ini untuk mengurus perkuliahannya, ia langsung menggoyangkan lengan suaminya. "Zeddy,,,, bangun. Udah jam tujuh,,,"

Zeddy semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan kepalanya di bahu Sheina seolah dirinya mager.

"Zeddy,, bangun!" Kata Sheina sedikit bernada tinggi.

Dengan malas, ia membuka mata yang sangat malas untuk bangun. "Apa sih Shei. Gue ngantuk. Capek," sahutnya sedikit serak.

Capek kamu bilang??? Aku lebih capek Zeddy. Kamu mah banyak enaknya. Gerutu Sheina dalam hatinya.

"ZEDDY!!! KATANYA KAMU MAU NGURUSIN KULIAH?????!!! BANGUN!" Karena semalam, sifat barbar Sheina datang lagi. Sepertinya dirinya sudah sedikit tidak sungkan kali ya.

Sontak membuat Zeddy langsung membuka matanya lebar. "Astaghfirullah Shei. Lo kayak rentenir aja." Cibir Zeddy menyempatkan untuk mencium perut Sheina. "Morning baby. Sehat terus di sana ya,,," sapaannya membuat Sheina tersenyum bahagia.

"Iya ayah, cepet bangun. Bau." Balas Sheina bernada anak kecil. Ia terkekeh pelan dengan adegan seperti ini.

"iya-iya. Ini udah bangun." Kata Zeddy sambil beranjak dari tidurnya dengan malas dan langsung menuju kamar mandi.

Sheina terkekeh pelan, sedangkan dirinya memungut piyama yang berserakan, tak lain karena ulah suaminya. Ah, Sheina jadi merasa seperti istri yang sesungguhnya walaupun pernikahannya tergolong Married by accident. Tapi lihatlah, ia merasa menjadi wanita milik Zeddy seutuhnya.

Setelah Sheina selesai memakai piyama kembali, Zeddy muncul dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. "Shei," panggilnya pada Sheina yang hendak memasuki kamar mandi. Sheina hanya mengangkat satu alisnya, 'ada apa?'

"Nanti kalo lo mau keluar, jangan lupa make syal." Ujar Zeddy dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambutnya.

Sheina mengernyit, "ngapain? Lagian bukan musim dingin,"

Zeddy berdecak pelan, "yakin, Lo mau keluar dengan leher bekas cipokan gue kayak gitu??" Balasnya blak-blakan membuat Sheina tercengang.

Sheina salah tingkah jadinya, "iya-iya!" Cepat-cepat Sheina masuk ke dalam kamar mandi, dan Zeddy terkekeh melihat ekspresi Sheina yang makin pemalu dihadapannya.

Zeddy juga tidak tau harus bersikap bagaimana. Mungkin dengan ini, dirinya bisa menyayangi Sheina sebagai istrinya. Tapi, masih belum untuk saat ini. Sepertinya, melupakan itu adalah suatu hal yang tidak mudah. Apalagi kenangannya bersama Dyah sangatlah banyak. Sudahlah, Zeddy menghapus wajahnya gusar, ia harus bisa menahan dirinya. Harus bisa mengontrol dirinya saat ini. Jangan sampai ia menyakiti wanita yang sudah menjadi istrinya. Lebih tepatnya, miliknya.

SheinaZeddy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang