Chapter 10

933 42 2
                                    

“Pernikahan gue cuma sekali Shei, dan gue ga macam-macam sama yang namanya pernikahan. Itu artinya, gue ga mudah buat ngelepasin Lo.”
-Zeddy Rivanno-

=====

Siang ini Sheina merebahkan tubuhnya di ranjang apartemennya. Di sepanjang perjalanan tadi, ia memilih untuk diam, sedangkan Zeddy paham jika Sheina tidak ingin terganggu, apalagi Sheina jangan sampai stres.

Sheina memperhatikan perutnya yang sudah seperti semula. Tidak ada janin disana, tidak akan ada ngidam, dan tidak ada yang menemaninya saat tersakiti oleh Zeddy. "Sayang, kenapa kamu pergi? Kamu marah ya?" Lirihnya dengan air mata yang sudah mengalir.

Zeddy yang berdiri di depan pintu dengan nampan ditangannya, langsung gemetar. Lagi-lagi ia tersiksa melihat keadaan Sheina. Ini adalah hukuman untuknya, untuk Zeddy yang tidak bisa menerima kenyataan, untuknya yang tidak bisa menjadi suami terbaik, dan untuknya yang tidak bisa menjadi ayah yang terbaik.

Ia memasuki kamarnya dengan langkah kaki yang berat, tapi dirinya bukan tipe cowok pengecut, dan ia akan berusaha untuk mengembalikan keadaan rumah tangganya.

"Sheina, makan ya." Kata Zeddy lembut. Meletakkan nampan di atas nakas, lalu duduk di sebelah Sheina. Tak lupa tangannya yang membelai lembut rambut Sheina. Seketika itu Sheina terhipnotis oleh sikap Zeddy.

"Gue mau kita cerai." Ucapan wanita berambut panjang itu membuat Zeddy tercengang seketika.

Sheina langsung memalingkan wajahnya. Sakit rasanya berada di posisi seperti ini.

"Gue ga mau Shei." Jawab Zeddy yang sudah duduk di tepi ranjang.

Sheina menguatkan dirinya untuk menatap Zeddy dengan kedua mata yang nanar. "Kenapa?! Bukannya masa tanggung jawab lo udah selesai?! Dan lo bisa kembali sama Dyah. Iya kan?"

"Shei buk—

"Lo mau jelasin apa lagi Zeddy? Gue udah ga hamil anak lo?! Dan itu tandanya, lebih gampang buat lo lepas dari gue, dan kembali ke Dyah." Sheina kembali memalingkan wajahnya. Sakit yang ia rasakan kini. Tapi, yang dikatakannya itu benar kan.

Sheina sudah tidak mengandung anaknya Zeddy, dan kapanpun Zeddy bisa menceraikannya.

"Enggak. Pernikahan gue cuma sekali Shei, dan gue ga macam-macam sama yang namanya pernikahan. Itu artinya, gue ga mudah buat ngelepasin lo."

Tapi Lo udah keseringan buat gue sakit dan ngeluh Zeddy.

Sheina sudah tidak paham dengan jalan pikir Zeddy yang berkesan egois.

"Kembali kalau udah mencintai gue," balas Sheina datar dan menahan isakannya saat ini.

Zeddy langsung menyandarkan tubuh Sheina di dada bidangnya, ia terus menyalurkan kehangatan untuk gadis itu. Meskipun perasaannya belum mencintai Sheina, tapi ia tidak ingin pergi meninggalkan Sheina yang saat ini sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Gue emang belum cinta sama lo, tapi bukan berarti gue bisa ninggalin lo Shei." Zeddy menarik nafas dalam-dalam. "Bantu gue mencintai lo. Lo sudah menjadi bagian kehidupan gue dan anak-anak kita nanti. Ayok, kita ulang dari awal. Kita bangun rumah tangga yang penuh kehangatan, dan kita terus bersama sampai nanti. Lo mau kan Shei? Mau terus di samping gue?"

Hiks.

Sheina sudah tidak bisa membendung sedihnya, ia menangis pilu dalam pelukan hangat Zeddy. Senang dan sedih, semuanya menjadi satu. Senang dengan ucapan Zeddy, dan ia sedih jika mengingat luka yang Zeddy berikan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SheinaZeddy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang