Chapter 13

639 32 3
                                    

"Gue cemburu, tapi gue ga berhak selagi gue belum cinta sama Lo Shei"
-Zeddy Rivanno-

======

Selama di perjalanan, mereka tidak membuka obrolan. Sheina yang sangat takut jika Zeddy marah karena hubungannya dengan Arga. Sedangkan Zeddy tidak mengerti dengan perasaannya. Seperti Zeddy merasa tidak berhak untuk cemburu. Mungkin.

Dengan penuh kebenaran, Zeddy menggenggam tangan Sheina saat mereka sudah tiba di apartemen.

Zeddy bisa berhak sepenuhnya terhadap Sheina saat perasaannya benar-benar tulus.

"Bentar ya Zeddy. Aku buatin kamu minum dulu" ujar Sheina pada Zeddy yang sudah duduk di ruang tamu.

Zeddy mengangguk, menyenderkan punggungnya di sofa, dan memijat pelipisnya pelan. Zeddy ingin sekali mencintai Sheina melebihi rasanya pada Dyah. Membangun rumah tangga bersama, membimbing istri kejalan yang benar, dan mendidik anak-anaknya kelak bersama Sheina. Tapi kenapa sesulit itu bagi Zeddy untuk dijalani?

Gue berat kalau Sheina pergi. Pernikahan gue cuma satu kali.

Tapi, gue sulit buat ngelupain kenangan dengan Dyah.

Buat cemburu aja gue ngerasa ga berhak. Ngerasa gue cowok paling egois.

Zeddy menghembuskan nafas panjang saat Sheina sudah datang dengan membawa nampan berisi minuman kesukaannya. Kopi susu.

"Di minum Zeddy," titah Sheina ikut duduk di sebelah suaminya.

Zeddy menoleh, tersenyum lebar lalu mengangguk. Setiap melihat mata Sheina, ia selalu menatap ketulusan di mata indah itu. Itu alasan Zeddy tidak suka Sheina dengan pria lain. Zeddy menyeruput kopi susunya. "minuman candu ku,," ungkap Zeddy. Jujur saja, rasa buatan Sheina jauh lebih berbeda dengan buatan Sheina. Seolah buatan istrinya itu menanam candu pada dirinya.

Aku? Zeddy bilang aku kamu?

Entah kenapa Sheina senang sekali mendengar Zeddy bilang aku kamu. Seakan ia bisa menyimpulkan jika Zeddy sudah memiliki perasaan untuknya.

"Enak kan?? Apa ada yang kurang?" tanya Sheina sambil memperhatikan gerak-gerik Zeddy.

Zeddy meletakkan minumannya lagi. Merubah posisi duduknya hingga berhadapan dengan Sheina. Begitu juga dengan Sheina, dengan ragu ia menghadap ke Zeddy.

"Shei. Lo- eh kamu kan istri aku" gugupnya yang belum terbiasa. "Sori, aku masih belum terbiasa..heheh,"

Sheina mengerti itu. Tapi ia sudah cukup senang.

"Iyaa gak papa. Aku ngerti. Santai aja,," balas Sheina yang merasakan jantungnya dag-dig-dug.

"Sudah saatnya kita untuk saling terbuka. Kamu mau kan terbuka sama aku?" Kini Zeddy lebih lembut berbicara. Tatapannya tak pernah lepas dari kedua mata Sheina yang juga menatapnya.

Sheina mengangguk setuju.

"Okey sekarang kamu bisa jelaskan apa yang seharusnya aku ketahui. Apa aku dulu?" Tawar Zeddy.

"Biar aku aja dulu." Jawab Sheina dibalas anggukan Zeddy. Sheina tersenyum lebar, tidak ada rasa canggung untuk menjelaskan apapun. Karena yang ia utamakan adalah perasaan tulusnya pada Zeddy. Itu saja.

"Sebenernya aku dulu juga punya mantan. Tapi pacarannya ga lama. Soalnya aku mau fokus jadi model majalah sekolah."

"Tapi kamu sudah move on kan?" Tanya Zeddy.

SheinaZeddy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang