Chapter 4

925 46 0
                                    

Aku yang mencintaimu tanpa alasan, dan aku yang dengan mudahnya menerima kamu yang masih menempatkan gadis masa lalu di dalam hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang mencintaimu tanpa alasan, dan aku yang dengan mudahnya menerima kamu yang masih menempatkan gadis masa lalu di dalam hatimu.
-Sheina Clarissa-

=====

"Mau kemana nih? Big Ben? Mata London? Jembatan menara? Atau alun-alun? Atau lainnya??" Zeddy bertanya beruntun di dalam mobil seraya menghilangkan rasa gelisah diantara keduanya. Zeddy yakin jika tadi itu Sheina kecewa akan ucapannya.

Cerewet juga ya, kamu.

"Jangan jauh-jauh. Aku manut kamu aja Zeddy," jawab Sheina alih-alih memperhatikan Zeddy yang sedang menyetir.

"Yak ela. Sekali-kali Lo yang nentuin Shei. Gue mah okey aja. Siapa tau Lo mau ke tempat yang selama ini Lo impikan. Mungkin,"

"London eye aja. Aku pengen liat bianglala yang besar. Hehehe." Jawab Sheina menahan malunya. Padahal udah suami-istri, masih saja sungkan.

"Okey."

Akhirnya mereka menikmati lalu-lalang perjalanan London yang sangat rapi. Karena di London itu peraturan rambu-rambu lalulintas sangat terjaga bahkan sangat tertib. Jadi tidak heran, jika lalu-lalang kendaraan disini rapi.

Karena jarak yang cukup jauh, sekitar satu jam lebih belasan menit, mereka tiba di mata London. Bianglala atau roda besar yang sesungguhnya indah saat malam, dan mata London ini terletak  di South Bank, tepatnya di tepi sungai Thames menghadap ke istana Westminster dan Big Ben yang berada di seberang nya.

Mereka sudah menikmati wisata London yang terkenal. Menikmati bersama udara London, dan menenangkan pikiran masing-masing. Zeddy yang terus berusaha untuk melupakan Dyah jika perlu lupa dengan kenangannya di Indonesia. Dan Sheina yang merefresh otak beserta hatinya yang beberapa hari ini sering merasakan hal berat.

Sheina memejamkan kedua matanya, mencoba meresapi suasana sekitarnya. "Berasa honeymoon,," gumamnya tanpa sadar hingga Zeddy mendengarnya.

"Anggap aja kita ini honeymoon Shei," balas Zeddy sambil menahan tawanya. Entah sejak kapan ia suka menggoda istrinya itu. Ia tau, mungkin dengan cara tersebut, dirinya bisa melupakan Dyah dan menerima kenyataan hidupnya.

Sheina menoleh saat mendengar balasan Zeddy. Tentu saja pipinya kayak tomat merah. "Ka-kamu denger ucapan ku tadi?"

"Ga usah ngeblush, kayak tomat tuh pipi..." Goda Zeddy menahan tawanya saat melihat pipi Sheina sangat merona.

Sheina gelagapan karena pernyataan Zeddy barusan. Ia menggigit bibir bawahnya sambil memainkan kedua jarinya. Ya ampun, Sheina dulu yang barbar sekarang malah jadi kikuk dan pemalu kayak gini. Benar-benar menurunkan harga dirinya. "Ehm. Ayok pulang." Ajaknya mengalihkan gugupnya.

Zeddy malah terkekeh dan menggeser posisinya untuk lebih dekat dengan Sheina. "Shei. Ini beneran lo kan? Lo yang dulunya barbar, suka jailin temen lo, dan lo yang pencicilan kan?? Kok sekarang jadi kaku, gelagapan kek gini sih,,,, hahaha" untuk kedua kalinya Zeddy tertawa lepas hari ini. Ia jadi teringat tingkah Sheina waktu SMA. Benar-benar bukan tipe cewek pendiam dan pemalu seperti ini.

SheinaZeddy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang