EPILOG

1K 36 20
                                    

⛔ ATTENTION PLEASE ⛔

▶️PLAY THE MULTIMEDIA ABOVE!▶️

🎶

“When you're gone”

****

“Karena hati perempuan itu sekali pecah tidak akan bisa kembali.”

¶¶¶


"Saya putuskan, saudara Zeddy Rivanno dan Saudari Sheina Clarissa telah resmi bercerai. Hak asuh Zevan yang jatuh ke tangan Sheina. Terimakasih" Keputusan hakim yang sangat valid membuat hati Sheina langsung tertusuk seketika. Dipejamkan kedua matanya, meyakinkan diri bahwa ini adalah keputusan yang sangat tepat. Sangat!

Sheina menoleh ke arah Zeddy yang sudah terlihat jauh lebih hancur. Ia melempar senyum persahabatan, membuktikan bahwa semua ini tepat dan akan baik-baik saja. Maafin aku Zeddy.

Sudah mendapat keputusan, penghuni ruang pengadilan beranjak keluar. Begitu juga dengan Syila dan Bram yang tengah mendampingi putra sulungnya itu.

"Sayang, yuk keluar. Zevan nyariin kamu tadi." Dengan pelan Syila menuntun Zeddy yang tak bersemangat itu keluar dari gedung yang menjadi saksi perpisahan Zeddy dengan Sheina.

Benar-benar berpisah.

Zeddy tersenyum getir saat melihat Zevan memeluk tubuh ibu kandungnya itu. Bagaimana nasib anaknya nanti? Masih terlalu kecil hidup dipertengahan perceraian itu.

"DADDY!" Sapa Zevan riang gembira. Sangat lugu. Anak itu benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi di antara Daddy dan Mommynya.

Zeddy langsung menggendong Zevan, dan menciumi wajah putranya. Hatinya dicabik-cabik melihat senyum cerita Zevan. "Daddy sayang Ze." Ujarnya pelan, namun Sheina yang berada di sebelahnya dapat mendengar itu.

Zevan mencium hangat pipi sang Daddy. "Ze juga! Sayang sama Daddy dan Mommy. Jangan jauh dari Ze ya"

Tanpa Zevan ketahui bahwa ucapannya barusan menjadi bumerang bagi keduanya.

"Hari ini kamu boleh, kok bawa pulang Zevan sama kamu. Biar besok aku jemput." Suara Sheina membuat Zeddy langsung menghadapnya.

Zeddy bisa melihat mata sayu wanita yang kini resmi menjadi mantan istrinya itu. "Shei, apa ini keputusan yang tepat? Apa kamu gak mau mempertimbangkan lagi? Demi Zevan, Shei. Anak kita," lirihnya penuh harap. Entahlah, mengapa Sheina tidak melihat perjuangannya dalam membuktikan cinta tulusnya pada Sheina.

Sheina menggeleng pelan, alih-alih tangannya merapikan rambut Zevan, lalu tersenyum kecil. "Sudah tepat. Ini yang paling tepat buat kita. Aku gak mau ada keterpaksaan lagi buat ngejalanin kayak dulu."

Zeddy memejamkan matanya. Perih rasanya mendengar ucapan Sheina yang lebih sakit daripada keputusan hakim tadi. Padahal, selama bertahun-tahun dan belakangan ini, dirinya selalu melakukan apapun untuk meyakinkan Sheinanya kembali. Tapi, tidak. Itu tidak berhasil, dan semuanya benar-benar kandas saat ini juga.

"Setidak kamu lakukan ini demi Zevan, Shei. Jangan jadi orangtua yang egois."

Lagi-lagi Sheina tersenyum. Sesungguhnya senyum itu yang menyembunyikan segala lara dan sesak dalam hatinya. "Kamu gak tau perasaan perempuan yang sebenarnya Zeddy. Masih tetap dengan filosofi gelas pecah. Sekali pecah, ya pecah. Gak bisa utuh lagi. Seperti aku tepatnya."

SheinaZeddy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang