01

13.4K 926 1
                                    

FOLLOW & VOMENT KARENA ITU SANGAT BERHARGA BAGI AUTHOR!




Start : Juli 2020
End : December 2020

Bahagia itu sederhana, diberi kesehatan misalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bahagia itu sederhana, diberi kesehatan misalnya.


















Start Reading🤗



Sekumpulan pemuda itu kini sedang berada di sebuah caffe langganan mereka,  menanti suatu hal yang sangat mereka tunggu-tunggu sejak semalam.

Mereka hampir saja putus asa saat waktu mendekati menit-menit terakhir, ada yang menanti dengan perasaan was-was, ada juga yang nampak santai.

Jaemin menghembuskan nafasnya perlahan,menatap ponselnya dengan jengah, menanti akan E-Mail yang akan menentukan ia masuk atau tidak di universitas Parang.

"Udah ga ada harapan lagi deh buat gue." Ucapnya memelas, Jaemin melempar ponselnya keatas meja, dirinya pasrah jika memang tidak bisa memasuki universitas yang ia idam-idamkan.

Tidak mungkin juga jaemin harus mengikuti ujian mandiri, ujian itu akan mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Pandangannya kini tertuju pada kunci mobil yang berada di atas meja sebelum ia menyambarnya.

"Mau kemana Jaem?"Tanya Felix menahan lengan Jemin sembari memandang wajah temannya itu lamat-lamat.

"Kedepan bentar, ada Minhee." Ucap Jemin sembari mengulas senyum kearah Felix yang dibalas anggukan oleh pemuda berdarah Aussie itu.

Para pemuda yang ada disana menatap punggung Jaemin yang lama-kelamaan menghilang dari arah pandang mereka.

Menyesap kopi yang sudah dingin itu, Sanha Tersenyum girang setelah mendapat notifikasi dari ponselnya.

"Kenapa san?"  Soobin memandang Sanha dengan tatapan heran.

"Gue diterima bin, Keterima." Ucap Sanha girang memeluk soobin yang ada di sampingnya, sedangkan soobin sudah meronta karena Sanha memeluknya terlalu erat.

* * *

"Minhee"

Minhee tersentak kala mendapati pemuda yang lebih tua dua tahun darinya itu memanggilnya.

"Ayo balik, Bunda khawatir sama lo"ucap Minhee memandang Jaemin dengan tatapan jengah. Sedangkan jaemin menghela nafas,selalu saja begini. Oh ayolah, Jaemin bukan Anak TK lagi.

"Gue belum dapet e-mail." jawab Jaemin seadanya.

Minhee menatap Jaemin malas "tunggu dirumah bisa kan?" Ujar Minhee lalu tanpa permisi menarik tangan Jaemin masuk ke dalan mobil.

Hanya lagu Shape Of You dari Eed Sharen yang menemani perjalanan dua bersaudara itu, kini Jaemin tengah termenung sedangkan Minhee masih fokus dengan jalanan.

Jaemin memandang kearah jendela, memandang hujan yang turun dengan deras.

Suhu udara yang semakin menurun menyeruak masuk kedalam tubuh Jaemin, pikiran pemuda itu berkecamuk sekarang.

"Lo gila ya?" Sontak Jaemin terkejut kala minhee menarik tangannya secara brutal.

Mata minhee terarah pada tombol disamping jaemin lalu menekannya, Minhee Menutup jendela mobil yang sempat dibuka jaemin tadi.

Lagi-lagi Jaemin hanya menghela nafas lalu memandang ponselnya, berharap ada notifikasi dari e-mail yang menyatakan bahwa dirinya masuk ke universitas Parang.

Minhee merutuki dirinya sendiri, sebenarnya yang maknae itu siapa?Minhee tak habis fikir dengan Jaemin, dengan keadaannya yang masih dibilang tidak baik itu Jaemin masih saja nekat keluar rumah hanya menggunakan kaos hitamnya.

"Turun." perintah minhee pada jaemin yang tengah melamun. Jaemin memandang Minhee sejenak sebelum melepas sabuk pengeman dan membuka pintu mobil.

Minhee memandang Jaemin yang mulai memasuki rumah besarnya itu, memandang kakaknya dengan tatapan nanar, hatinya mencelos saat mengingat bagaimana sang kakak bersikap seolah semua baik-baik saja, sedangkan setiap malam Minhee mendengar keluh kesah Jaemin diseratai isakannya.

Minhee mengacak rambutnya gusar lalu membuka pintu mobil dan mulai mengikuti Jaemin masuk kedalam rumah.

Minhee menaiki tangga menuju lantai atas dengan langkah gontai, ia sudah mengantuk sedari tadi, namun pikirannya tentang Jaemin mulai menggerogotinya hingga ia nekat menyusul kakaknya menggunakan taxi tadi, bohong jika yang menyuruh Minhee menyusul Jaemin adalah bundanya, melainkan dirinya sendiri.

Bahkan ayah dan bundanya kini belum pulang dari kerja, padahal hari sudah larut.

* * *

Jaemin menatap langit-langit kamarnya itu dengan tatapan kosong, Jaemin menghela nafasnya pelan dengan matanya yang tak kunjung terpejam.

Hari sudah larut, dan ia belum kunjung tertidur. Degup jantungnya berpompa dua kali lebih cepat, dan getaran itu sangat terasa di dadanya.

Jaemin menghela nafasnya panjang, ia mengubah posisi tidurnya menghadap kearah kiri. Matanya itu masih terarah pada jendela yang tertutup gorden.

Ia merasa lelah, namun ia tak kunjung mendapat E-mail.

Ting!

Jaemin mengambil ponsel yang awalnya tergeletak diatas nakasnya dengan pelan, matanya tertuju kearah layar begitu jaemin mengangkatnya.

New E-Mail

Selamat Na Jaemin
Anda lolos penerimaan mahasiswa baru Universitas Parang jurusan International Kedokteran.

Jaemin tak bisa menyembunyikan raut bahagianya, ia masih memandangi ponselnya, menatap E-mail yang baru saja masuk ke ponselnya.

Detik itu juga Jaemin menghubungi Jeno, karena Jeno lebih dulu mendapat e-mail serupa dengannya pagi tadi. Menyampaikan bahwa dirinya telah lolos masuk ke Universitas Parang.

To Be Continued


Read More✔

Best Brother || JAEMIN MINHEE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang