R. A. 08

3.5K 167 5
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Malam kian larut namun tidak menyurutkan semangat mereka untuk bersorak menyerukan beberapa nama. Semakin bertambahnya waktu, sorakan demi sorakan terdengar saling bersahutan satu sama lain.

Dua pengendara itu tengah bersiap untuk melakukan aksi mereka malam ini. Helm full face yang sudah terpasang, serta deruman motor menandakan bahwa mereka telah bersiap.

"Lo yakin, Bim?" tanya seseorang dengan perawakan tinggi dan berkulit terang.

"Kali ini biarin gue ikut, Ar," jawabnya.

"Gue minta tolong jemput Litha, ya. Anak cewek bahaya balik sendirian," lanjutnya.

Arjuna melirik jam alorji milik Bima lalu mengangguk sebagai jawaban.
Arjuna mundur saat balapan akan dimulai. Dari samping, seseorang menepuk bahunya agak keras.


Tidak seperti biasa, cowok penggemar kuliner itu ikut balapan. Apa yang menjadi alasannya? Meski tak kalah handalnya dengan Arjuna namun, bukan itu permasalahannya.

"Bima punya alasan khusus, Ar," ujarnya.

"Lo tahu?"

Lawan bicaranya ini tertawa pelan, Ia sama tidak tahunya seperti Arjuna. Tapi satu hal yang harus kalian ketahui. Ia mengenal bagaimana watak kedua sahabatnya luar dalam.

"Gue gak mau Dewa di sentuh siapa pun selagi gue jemput Litha," ujarnya sebelum menaiki kuda besi miliknya.

"Siap Pak Bos!"

Guntur, cowok itu mengedarkan bola matanya untuk mencari keberadaan Dewa. Ia menghembuskan napasnya lalu bergegas menghampiri Dewa.

Beruntung adik dari sahabatnya ini tidak macam-macam hanya saja saat ini Dewa dikerubungi kupu-kupu. Bisa habis di hajar Arjuna jika Guntur tidak segera membereskan hal ini.

"Mau cari gara-gara lo pada?!" tanya Guntur.

"Ganggu aja lo, Tur," jawab salah satu dari mereka.

"Gak suka? Mending lo bawa atek-atek lo pergi dari sini," ujar Guntur menatap tak suka.

"Kalau gue gak mau, lo mau apa?" tanyanya sengit.

Guntur menarik sudut bibirnya ke atas dan menatap remeh lawan bicaranya.

"Jadi lo gak mau?" tanya Guntur.

"Gue gak mau!" jawabnya lantang.

"Tinggal pilih, ancur sama gue atau Arjuna," ujar Guntur tenang.

Cewek dengan pakaian serba mini itu terlihat susah menelan ludahnya, berurusan dengan Arjuna sama saja menyerahkan nyawa secara suka rela. Sementara pada Guntur, sama saja mati dengan cara yang sadis.

Percaya?

Tentu saja tidak!

Mereka mengenal Arjuna pribadi yang dingin dan tak segan untuk memberi pelajaran berharga pada seseorang yang berani mengusiknya. Namun, Arjuna tidak sekejam psikopat. Arjuna masih waras. Begitu pula dengan Guntur.

"Ish! Rese lo, cabut!" ujarnya lalu pergi diikuti atek-ateknya.

Guntur tertawa ngakak melihat kupu-kupu itu pergi dengan tampang kecewa. Sementara Dewa bernapas lega, Ia sangat tidak nyaman dikerubungi wanita-wanita penggoda untungnya Guntur datang tepat waktu.

Dewa mengedarkan iris matanya guna mencari keberadaan Arjuna. Seingatnya, Arjuna ingin menghampiri Bima sebentar. Namun, kali ini Arjuna tidak lagi terlihat olehnya.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang