Hari ini tepat pengumuman hasil Pelatihan Tengah Semester diumumkan. Namun, mereka tidak tahu pasti kapan kertas bertuliskan peringkat siswa-siswi SMA Trisakti ini ditempel pada papan pengumuman.
Seorang siswi dengan nametag Sahara Lalitha P. itu terlihat duduk dengan tatapan lurus ke depan. Pikirannya berkecamuk saat ini, pengumuman hasil kerja kerasnya memang belum keluar. Namun, banyak sekali yang menganggu pikirannya.
Ia kembali teringat ucapannya dengan Arjuna satu bulan yang lalu. Ancaman dari kakaknya yang selalu menghatuinya, belum lagi hubungan Arjuna dan seorang gadis di malam itu. Sekarang Ia ragu untuk maju atau pun mundur.
Ketidaksengajaannya dalam berbicara saat itu malah membuatnya terjebak dalam situasi seperti ini. Ya Tuhan! Apa yang harus Ia lakukan saat ini? Apa Litha harus mundur saja? Tetapi bagaimana dengan acaman itu? Siapa gadis itu? Dan mengapa mereka terlihat sangat dekat?
"Litha!"
Suara cempreng itu mengejutkan Litha dari lamunannya. Ia menatap jengkel pemilik suara itu, tetapi yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa. Anjani dan Raisa kini duduk dengan Litha berada di tengah mereka. Litha semakin menekuk wajahnya. Anjani dan Raisa saling tatap satu sama lain lalu mengangkat bahu.
"Lo kenapa, Tha?" tanya Raisa.
"Lo kenal Arjuna udah lama, Sa?" tanya Litja pada Raisa.
"Ya, selama gue sama Bima deket, pacaran terus sampai sekarang," jawab Raisa.
"Kenapa emang?" lanjut Raisa.
Baru saja Litha hendak menjawab, suara seseorang telah lebih dulu menjadi pusat perhatian mereka. Dua orang cowok berperawakan tinggi dan sedikit berisi itu menghampiri mereka bertiga dengan ngos-ngosan seperti habis berlari marathon.
"Kita cari ke mana-mana gak taunya di sini, gak ada akhlak lo bertiga," ujar Bima.
"Lo nyari kita bertiga apa nyari Raisa?" tanya Anjani. Tidak peduli akan tatapan tajam Raisa dan cubitan kecil sebagai pendamping.
"Gue nyari Litha," ujar Bima.
"Yah, auto patah," ujar Anjani dengan nada sedih yang dibuat-buat.
"Kenapa, Bim? Tumben nyari gue?" tanya Litha pada Bima.
"Lo ditunggu Pak Bos di rooftop," ujar Guntur.
"Nyamber aje lu, Rojali," ujar Bima.
"Lo dari tadi udah ngomong, goblok," ujar Guntir tidak terima.
"Udah-udah jangan ribut!" ujar Raisa melerai perdebatan Bima dan Guntur.
"Pengumumannya udah ditempel?" tanya Litha.
"Lah? Lo belum tau, Tha?" tanya balik Guntur. Litha menggeleng sebagai jawaban. Ia sejak tadi di sini.
"Kan udah ditempel sejam yang lalu, Pak Bos udah nungguin sejak tadi," ujar Guntur.
"Serius? Kalian kok gak ngasih tau gue?" tanya Litha pada Anjani dan Raisa.
"Litha, kita tuh sebenernya mau ngasih tau lo kalau pengumumannya udah ditempel tapi percuma aja lo ke sana," ujar Anjani menjeda ucapannya.
"Karena kertas utamanya di bawa sama Arjuna!" pekik Anjani dan Raisa bersamaan.
Litha menutup telinganya dengan tangan lalu menatap Buma dan Guntur bergantian tetapi mereka mengangkat bahunya tidak tahu. Sama halnya dengan Anjani dan Raisa, mereka belum sempat melihat juara umum kali ini karena saat mereka tiba di sana Arjuna telah lebih dulu membawa kabur kertas utamanya.
Litha menghentakan kakinya kesal lalu bergegas menyusul Arjuna di rooftop sekolah. Mereka menatap cengo kepergian Litha. Apa Arjuna sengaja memancingnya dengan membawa kertas utamanya? Apa tidak ada cara lain? Lagi pula bukankah seharusnya Arjuna tidak peduli lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Radyan Arjuna ✔
Teen Fiction[CERITA SELESAI✔] [Follow dulu biar sama-sama menguntungkan] Radyan Arjuna, ketua geng Deforters dan juga seorang most wanted sekolah. Sebuah pertemuan yang kurang dari tepat antara Arjuna dan Litha, memunculkan keisengan dalam diri Arjuna untuk men...