R. A. 53

1.4K 86 4
                                    

Sebelumnya maaf, saking sibuknya aku baru inget udah 2 hari gak Up Radyan Arjuna😭

Happy Reading!


Kebebasan seakan berpihak pada dirinya kali ini. Meski harus mengayuh sepeda dari rumah hingga sekolah dengan jarak yang tidak bisa dibilang dekat. Seharusnya semua fasilitasnya sudah dikembalikan tapi rasanya percuma saja.

Motornya dibawa oleh Ayahnya pagi tadi karena mobilnya masih di bengkel. Bundanya buru-buru pergi entah ke mana, sementara adiknya sudah di jemput oleh temannya. Mengenaskan memang. Jadilah sekarang Ia berangkat menggunakan sepeda.

Entah mereka sengaja mengerjainya atau bagaimana, hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Rasanya Ia seperti kembali pada sebelas tahun silam. Dulu dirinya selalu berangkat bersama kakaknya menaiki sepeda. Mereka harus berangkat pagi-pagi sekali agar tidak telat.

Ia berbelok ketika lampu lalu lintas menunjukan warna hijau. Ia melirik jam alorji di pergelangan tangan kanannya. Pukul 6.30 menit itu tandanya Ia hanya memiliki waktu sekitar lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Rasanya tidak menyenangkan jika Ia masuk tepat waktu.

Tapi satu hal yang pasti. Ia akan menemui gadisnya terlebih dahulu. Biarlah dirinya dimaki bucin. Ia tidak peduli.

SMA Trisakti sudah ramai di isi oleh siswa-siswi, guru, karyawan dan jajarannya. Mereka kembali heboh lantaran most wanted di sekolah ini berangkat menggunakan sepeda. Tidak seperti biasanya tetapi tidak menurunkan kadar ketampanannya.

Ia harus menulikan telinganya saat memasuki sekolah. Jika tidak maka Ia bisa tuli mendadak karena teriakan para siswi. Gertakannya saat itu cukup membantu menkondusifkan situasi belajar mengajar di sekolah ini. Ya, setidaknya mereka tidak terkena hukuman akibat ulah mereka.

"Morning, Pak Bos!" sapa seorang siswa yang menghampiri dirinya.

Dua peliharaan kesayangannya.

"Tumben naik sepeda. Motor lo ke mana?" tanya Bima.

"Di pake bokap," jawab Arjuna.

"Terus si Dewa?" tanya Guntur.

"Mau lo karungin?" tanya balik Arjuna.

"Ya kagak, Ar. Baperan bener lo jadi orang." ujar Guntur.

Arjuna tidak mendengarkan ucapan Guntur. Ia lebih memilih untuk bergegas menemui Litha. Keduanya saling tatap, apa Arjuna akan menemui Litha? Atau langsung ke kelas? Dua pertanyaan yang saling berkaitan. Mereka seperti melupakan satu hal tapi apa? Keduanya bergegas menyusul Arjuna.

Netranya tertuju pada kursi depan pojok dekat jendela. Mereka yang berada di kelas menahan napas lantaran Arjuna memberi peringatan pada mereka agar diam. Ia kembali fokus pada sasarannya. Arjuna tersenyum kecut, kelas tadinya seramai pasar kini terdiam dan mereka masih tidak menyadarinya.

Tadinya Ia mengira akan meminta Litha untuk menemaninya di kantin. Namun, sepertinya lain kali atau tidak pernah? Ia masih ingat bagaimana kecewanya Rina pada dirinya. Arjuna tidak ingin menyakiti hati Rina tapi Ia juga tidak rela melihat mereka.

Arjuna pergi dengan perasaan campur aduk. Sementara Litha masih sibuk mengobrol dengan seorang siswi. Sampai akhirnya Anjani dan Raisa datang barulah siswa itu kembali ke tempatnya. Anjani meletakan tasnya di atas meja si ikuti Raisa. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain.

"Arjuna tadi ngapain ke sini, Tha?" tanya Anjani karena saat mereka masuk Litha seakan sibuk mengobrol dan tidak menunjukan tanda-tanda terusik.

"Arjuna?" beo Litha.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang