R. A. 21

2.2K 106 6
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Bel pertanda istirahat berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun, siswi bernama lengkap Sahara Lalitha Parameswara ini masih berkutat dengan soal-soal latihan. Litha tidak memperdulikan perutnya yang memberontak meminta jatah makan.

Dua bulan berlalu, pertanda bulan depan mereka akan menghadapi ulangan selama seminggu sebagai nilai pelatihan tengah semester. Ia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya di sekolah karena dirinya tidak memiliki waktu senggang lagi. Sepulang sekolah dirinya harus bekerja, sesampainya di rumah Litha tidak mungkin sempat membaca buku pelajaran.

Saat Anjani dan Raisa mengajaknya ke kantin, Litha menolak. Ya, tentu kalian sudah tahu apa alasannya. Mereka tidak memaksa Litha dan mereka cukup mengerti kondisi Litha.

Seseorang meletakan kantung plastik di mejanya dan cukup untuk mengalihkan perhatian Litha saat ini. Saat menatap seseorang itu, seketika Litha mati gaya.

"Berani nunduk jangan harap hidup lo tenang di sini,"

Bisa menebak siapa sang pemilik suara? Yap! Arjuna! Arjuna saat itu berada di kantin dan seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Guntur memanggil Raisa dan Anjani untuk bergabung dengannya. Namun, Anjani tiba-tiba memaki Arjuna di kantin.

"Gara-gara lo Litha jadi gak bisa beli makan!" ujar Anjani.

"Lo tega banget sih sama Litha! Lo tahu gak sih uang Litha habis buat traktir kalian," lanjutnya.

Arjuna cukup terkejut mendengar penuturan Anjani. Ya Tuhan! Arjuna lupa mengembalikan uang Litha! Tanpa menunggu makian dari Anjani lagi, Arjuna bergegas membelikan nasi berserta air mineral untuk Litha.

Arjuna duduk dibangku sebelah Litha, jangan lupakan kaki kanannya bertumpu pada pahanya dan kedua tangannya yang masih setia dengan handphone miringnya.

"Makan,"

"Gue gak laper, Ar," ujar Litha.

"Gue gak nanya lo, gue nanya cacing diperut lo," ujar Arjuna.

Litha mencibikan bibirnya kesal. Tangannya meraih kantung plastik itu lalu membuka bungkusan nasi. Tatapannya memang terpusat pada game di depannya. Namun, sudut matanya memperhatikan Litha makan.

"Kenapa gak ke kantin?" tanya Arjuna.

"Hmm? Gue belajar," jawab Litha.

"Belajar atau uang lo habis buat kemarin?" tanya Arjuna.

Skak!

Memang benar yang dikatakan Arjuna. Salah satu alasannya tidak ke kantin adalah uangnya habis karena mentraktir Arjuna, Bima dan Guntur kemarin. Litha menggaruk tengkuk lehernya ragu untuk menjawab.

"Belajar, sebentar lagi kita 'kan ulangan," ujar Litha.

"Ulangannya masih bulan depan,"

"Ya, gak papa dong gue nyicil belajarnya," ujar Litha.

"Orang tua lo ke mana? Mereka ngizinin lo kerja?" tanya Arjuna.

"Eum, ada kok. Ya kalau mereka gak ngizinin gue ya gue gak kerja, Ar," jawab Litha.

"Bukannya nyokab bokap lo masih sanggup biayain sekolah lo?" tanya Arjuna.

"Gue mau mandiri, Ar. Gak selamanya juga gue bergantung sama mereka," jawab Litha.

Arjuna mengangguk mengerti. Lalu kembali fokus pada game lagi. Arjuna tidak ingin mengganggu acara makan Litha.

"Lo kenapa nanya kaya gitu?" tanya Litha.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang