R. A. 42

1.7K 92 23
                                    

Kini mereka berenam berkumpul di ruangan pribadi Arjuna. Mereka bertiga menatap Dimas, Rangga dan teman sekolahnya. Arjuna meletakan map berwarna hijau itu ke atas meja. Ia sudah membacanya dan sekarang Ia beserta dua sahabatnya akan sedikit bertanya pada mereka bertiga.

Bima dan Guntur sudah berada di samping kanan kirinya sambil besedekap dada, mereka berdua juga ikut ambil adil dalam penyidangan ini. Rasanya Arjuna sudah menjadi Bos sungguhan yang dikawal oleh bodyguardnya yakni Bima dan Guntur.

"Kalian serius mau PKL di sini?" tanya Guntur.

"Enggak, Bang," jawab Dimas.

"Gue takut kalau udah serius si dia malah jadian sama orang lain," lanjut Dimas.

"Si curut satu malah curhat," sahut Bima.

"Gue gak ngelarang kalian PKL di sini selagi kalian butuh tempat PKL dan kita juga butuh orang buat bantu di sini, gak masalah buat gue," ujar Arjuna.

Mereka semua terdiam mendengarkan setiap kata yang diucapkan Arjuna. Bahkan Bima atau pun Guntur tidak berani menyela ucapan Arjuna karena saat ini pimpinan mereka dalam mode serius. Jika saja mereka menyela meski hanya sedikit saja maka nyawa mereka menjadi taruhannya.

Tidak banyak peraturan yang Arjuna buat hanya beberapa saja dan Arjuna merasa sudah lebih dari cukup. Mereka sudah dewasa sudah seharusnya mereka mengerti terlebih teman satu sekolah Dimas dan Rangga ini. Meski dalam diri Bima dan Guntur sedikit kurang srek dengannya tetapi sebisa mungkin mereka bersikap biasa saja.

"Inget! Kalian berdua punya tanggung jawab di sini selama tiga bulan ke depan," ujar Guntur setelah Arjuna selesai berbicara.

"Iya Bang iya," ujar Rangga.

"Nama lo siapa?" tanya Bima.

"Mario, Bang," jawab Mario.

"Oke, Mario! Selamat bergabung di bengkel kita. Jangan sungkan-sungkan sama kita bertiga apalagi sama karyawan di sini. Kita ini keluarga sekarang," ujar Bima.

"Iya, Bang. Makasih sambutannya," ujar Mario.

"Dateng jam delapan dan pulang jam tiga, sabtu minggu kalian free," ujar Arjuna.

"Lah kalau mereka kangen sama gue gimana, Bang?" tanya Rangga.

"Masa dua hari gak ketemu kita bertiga," sahut Dimas.

"Eh babi! Lo kalau mau ke sini ya ke sini aje gak usah menye-menye segala," ujar Bima.

"Berarti boleh dong kalau kita main ke sini," ujar Mario.

"Boleh-boleh aja. Terserah kalian namanya juga free," ujar Guntur.

Mereka mengangguk dan berpamitan pada Bos ABG. Kini tersisa mereka bertiga di ruangan ini. Akhirnya mereka terbebas dari sesi introgasi dengan anak PKL. Terdengar alay karena mereka yang mengintrogasi bukan mereka yang di introgasi. Tapi tetap saja mengeluarkan banyak tenaga.

Bima melirim jam dinding di ruangan ini sudah seharusnya Ia pulang dan meminta jatah pada Maminya. Meski sempat terjadi aksi perselisihan antara Bima dan Maminya karena Maminya lebih perhatian pada Arjuna dibanding dirinya. Ia masih ingat ketika menabrak gerbang rumah Litha dan berakhir jidatnya benjol karena memggerutu setelah Sandra memergokinya.

Jika kalian bertanya bagimana reaksi kedua sahabatnya itu? Maka jawabannya sangat tidak berkeperikejidatan karena keduanya malah semakin gencar memukul jidat benjolnya. Entah di sengaja atau tidak tapi Bima ragu jika mereka berdua tidak sengaja memukul.

"Gue balek duluan deh," ujar Bima.

"Lo gak balik, Bos?" tanya Guntur.

"Duluan aja," jawab Arjuna.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang