R. A. 27

2K 106 15
                                    

Kalian team baca sambil dengerin lagu,

Atau

Baca tanpa dengerin lagu nih?

Happy Reading!


Hari berlalu begitu cepat, tak terasa mereka sudah menghadapi pelatihan tengah semester. Meski hanya diberikan soal uraian biasa, mereka mengerjakan dengan hikmad, hening, dan kondusif. Pengawas yang merupakan guru mapel di kelas 12 IPA 1 berjalan mengelilingi ruang kelas dan sesekali melihat jawaban muridnya.

Kali ini, para guru sengaja mengurutkan absen di kelas secara mendadak. Bahkan tidak ada yang tahu jika absen mereka akan diurutkan. Bima dan Guntur berada dibarisan depan, sementara Arjuna dibarisan belakang. Sangat tidak memungkinkan mereka untuk berbagi jawaban. Lebih tepatnya Bima dan Guntur meminta jawaban pada Arjuna.

Kecerdasan Arjuna tidak perlu diragukan lagi, dua tahun belakang Arjuna kerap kali membanggakan sekolah dengan membobol piala olimpiade Matematika dan Fisika. Jika Arjuna disandingkan dengan Litha, maka mereka akan menjadi partner yang luar biasa. Litha juga kerap kali membobol piala dari beberapa olimpiade yang diikutinya.

Arjuna menatap lembar jawabnya guna meneliti kembali hasil kerjanya. Arjuna tidak akan terburu-buru mengumpulkan jawabannya karena tidak ingin teman satu kelasnya tergesa-gesa dalam mengerjakan soal. Ya, meski mereka sudah tahu bagaimana si otak cerdas itu dalam mengerjakan soal.

Kelas 12 IPA 2

Seperti kelas IPA pada umumnya, mereka mengerjakan soal dengan tenang dan tidak terburu-buru. Mereka membaca soal dengan teliti lalu menjawabnya. Litha, siswi yang duduk di bangku pojok belakang itu nampak serius membaca soal yang diberikan pengawas. Tempatnya duduk memang tidak nyaman. Namun, Litha berusaha senyaman mungkin duduk di sana.

Anjani menatap Litha penuh harap, semalam dirinya tidak belajar karena sibuk bertukar pesan dan panggilan dengan Guntur. Alhasil, Anjani tidak bisa mengerjakan semua soal. Kini Anjani beralih menatap Raisa, sepertinya Raisa juga kesusahan mengerjakan soal. Anjani mengetukan kepalanya ke meja, berharap otaknya mampu memikirkan jawaban.

Litha terkekeh pelan melihat Anjani. Mereka hanya terpisah dua bangku saja, mana mungkin Litha tidak melihatnya. Litha tidak bisa fokus karena tingkah Anjani membuatnya ingin tertawa dan juga merasa kasihan disaat yang bersamaan. Sungguh malang nasibmu, Anjani.

Waktu mereka tersisa lima belas menit. Namun, Anjani belum juga menemukan jawabannya. Setelah lima belas menit itu berakhir maka mereka melanjutkan ulangan berikutnya. Ya Tuhan! Bagaimana nasib Anjani kali ini? Anjani terus memaki para guru dalam hati. Bisa-bisanya mereka mengubah tempat duduk menjadi urutan absen secara tiba-tiba.

Litha bangkit dari duduknya lalu melemparkan sebuah kertas ke meja Anjani. Anjani segera mengambil kertas itu lalu membukanya. Anjani menatap Litha dengan tatapan berterimakasih. Teman sebangku Anjani hanya menghela napas lalu ikut menulis. Mereka sama-sama tidak bisa mengerjakan soal. Wow! Teman sebangku yang cocok!

~**~**~

Kantin selalu ramai dan penuh saat istirahat tiba dan beruntungnya mereka mendapatkan tempat di luar kantin, tepatnya di taman. Mereka duduk menikmati bakso masing-masing ditemani semilir angin siang itu. Wajar saja jika kantin penuh hari ini, tenaga serta otak mereka terkuras untuk mengerjakan ulangan.

"Gilak! Otak gue mampet tadi," keluh Anjani.

"Makanya belajar," ujar Raisa.

"Gue aja yang semalem begadang buat belajar masih kesusahan ngerjainnya, apa lagi elo?" lanjut Raisa.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang