R. A. 19

2.4K 112 2
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^

Arjuna dan Dewa tiba di bengkel dengan selamat santosa. Mereka disambut dengan aksi Rangga dan Rido. Arjuna menghela napasnya lalu bergegas bergabung dengan temannya. Dewa hanya mengekor.

Tak lama Dimas muncul dengan membawa peralatan bengkel. Dimas selalu mengecek mesin motor Arjuna ketika hendak balapan. Seperti sudah kebiasaan dan susah untuk dihentikan baginya.

Dewa ikut serta membantu Dimas untuk mengecek motor Arjuna. Mereka hanya memperhatikan lalu kembali larut dengan obrolan ringan mereka.

"Wa, ambilin kunci inggris," ujar Dimas yang masih mengecek mesin.

"Kita gak satu sekolah, beda kelas juga. Gak mungkin pelajaran kita sama," ujar Dewa.

Dimas meletakan kunci pasnya lalu menatap Dewa sebelum akhirnya tertawa ngakak. Apa Dewa mengira kunci inggris adalah kunci jawaban bahasa inggris? Dimas meraih kunci inggris tak jauh darinya lalu memperluhatkannya pada Dewa.

"Ini itu namanya kunci inggris fungsinya untuk memasang dan melepas baut atau mur terutama untuk memasang atau melepasnya tidak dapat diselesaikan dengan kunci ring atau kunci pas," jelas Dimas.

Dewa mengangguk paham. Dimas lalu memperkenalkan macam-macam kunci pada Dewa. Jujur saja, menghapal macam-macam alat bengkel lebih susah dari menghapal bumbu dapur.

Arjuna memperhatikan interaksi Dimas dan Dewa secara bergantian. Guntur mengikuti arah tatapnya lalu menepuk bahu Arjuna. Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan sebelum balapan berlangsung.

"Lo tahu siapa lawan lo malam ini?" tanya Guntur.

"Tau,"

"Lo yakin?"

"Kenapa gue harus ragu?" tanya balik Arjuna.

"Bukan masalah ragu atau enggak, Ar. Tapi keselamatan lo, dia minta supaya balapannya diajuin jam sepuluh belum lagi jalanan yang digunakan termasuk ramai kendaraan. Jam segitu kendaraan masih banyak yang lewat," ujar Guntur.

"Gue udah nunggu kesempatan ini dari lama. Bertahun-tahun gue nunggu dia turun ke jalanan, balapan sama gue dan kita seneng-seneng digaris finish," ujar Arjuna.

"Gue tahu, Ar. Tapi-"

"Gue bakal jaga diri, lo tenang aja." Arjuna memotong pembicaraan Guntur.

~**~**~

Disebuah caffe tepatnya tak jauh dari arena balapan, dua orang laki-laki tengah mengisi perut mereka. Balapan akan dimulai satu jam yang akan datang. Namun, penontonnya sudah memenuhi trotoar. Ia tersenyum miring.

Laki-laki berusia sekitar dua puluh enam tahun ini terlihat sangat tenang dan terus menikmati hidangan di caffe ini. Tidak habis pikir pada sahabat karibnya ini. Jin mana yang bersemayam di tubuh laki-laki itu hingga beberapa minggu terakhir kerap ikut balapan liar.

Kebiasaan yang sudah lama dihentikan kini kembali dilanjutkan. Ia sempat mendengar kabar bahwa sahabatnya ini akan bertunangan. Namun, Ia tidak tahu kapan. Apa pengaruhnya sebesar ini sampai-sampai laki-laki ini terpuruk?

Ia seringkali meninggalkan kantor dan sekertaris serta orang kepercayaannya yang hadir ketika meeting. Seakan tidak peduli dengan pekerjaannya yang menumpuk Ia terus-terusan menghindari dan enggan untuk menyentuhnya.

Apa orang di depannya ini masih mengharapkan seseorang kembali? Apa tidak sia-sia? Hingga saat ini orang yang ditunggu tak kunjung kembali dan kini harus menerima pertunangan secara sepihak. Seperti apa rasanya?

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang