R. A. 41

1.7K 89 6
                                    

Seorang laki-laki berjalan malas memasuki mobil di depan rumahnya Ia bahkan membanting pintu mobil Avanza berwarna coklat dan menimbulkan suara yang cukup keras. Tidak peduli seseorang terkejut karena ulahnya.

"Apa?" tanyanya kesal pada orang yang duduk di kursi sampingnya.

"Kamu bisa gak sih pelan-pelan nutupnya?"

"Gak." jawabnya sambil melepas tas ranselnya.

"Jangan buat gara-gara deh, Ar! Ini tuh masih pagi," ujarnya.

"Bodo!"

"Dasar cowok PMS!" cibirnya.

Radyan Arjuna, cowok berwajah sangar itu terlihat kesal dengan keadaan. Ya tentu saja Ia merasa kesal karena hari ini Ia masuk tetapi dengan satu syarat Arjuna harus mau diantarkan. Niat ingin mengendarai motor sendiri harus gagal karena ulah gadis manis itu. Jika bukan karena rasa sayang dan cintanya pada gadis ini, Arjuna tidak akan mau.

Arjuna menancapkan gasnya membelah keramaian jalanan kota pagi ini. Tidak ada interaksi dari keduanya. Arjuna fokus pada jalan di depannya, sementara gadis di sampingnya terfokus pada benda pintar bernama handphone. Arjuna melirik sebentar lalu mendengus kesal.

"Kamu bisa cepet dikit gak?" tanyanya.

"Lo nantangin gue?" tanya balik Arjuna.

"Aku nanya bukan nantangin. Dasar dodol!" ujarnya memukul jidat Arjuna.

Lagi-lagi Arjuna mendengus kesal dan pasrah lalu menambah kecepatannya. Gadis manis itu semakin hari semakin cerewet dan banyak mau. Iya, Arjuna tahu gadis itu hanya ingin yang terbaik untuknya. Tapi sifat possesif pada dirinya tak kunjung hilang terlebih saat tahu Arjuna sedang sakit.

Sebuah mobil Avanza berwarna coklat berhenti di depan gerbang SMA Trisakti dan menjadi sorotan beberapa siswa-siswi yang baru saja berangkat. Tak lama sepasang remaja keluar dari mobil itu. Terjadi sebuah pertanyaan di benak mereka. Mengapa most wanted mereka berangkat bersama gadis minggu lalu? Apa hubungan keduanya?

"Arjuna!"

Detik itu juga Arjuna berbalik dan menghampiri sang pemilik suara. Hal itu membuat mereka terheran-heran terlebih saat gadis itu memberikan sebuah kecupan singkat di pipi Arjuna. Mereka semakin yakin dan percaya bahwa gadis itu adalah kekasih Arjuna. Namun, bukankah Arjuna telah resmi berpacaran dengan Litha?

Muncul berbagai macam asumsi, beberapa siswi mengatakan bahwa Litha bukanlah pacar Arjuna yang sebenarnya, Litha hanya sebagai bahan permainan Arjuna belaka, Litha memberikan tubuhnya pada Arjuna agar Arjuna mau menjadi pacarnya dan banyak sekali desas-desus yang menyakitkan hati. Terlebih pada Litha.

Tanpa Arjuna sadari, seseorang memperhatikan gerak-gerik mereka dari jauh. Dadanya terasa sesak saat melihat gadis itu mengecup singkat pipi Arjuna dan desas-desus yang terdengar di telinganya. Dirinya memang bahan permainan Arjuna tapi dia tidak serendah itu.

Butiran bening dari matanya mulai turun membasahi pipinya. Ia harus sadar Arjuna hanya mempermainkannya sejak awal dan rasa sesak serta air mata ini sangatlah sia-sia hanya untuk Arjuna. Ia menghapus kasar air matanya lalu bergegas pergi dari sana. Ia akan berusaha agar tidak terlalu terjerumus dalam permainan keji itu.

Arjuna bergegas menyusul obyek yang menarik perhatiannya setelah memastikan mobil avanza itu tak terlihat lagi oleh iris matanya. Semakin Arjuna mendekat dan memanggil namanya  semakin cepat pula langkahnya. Arjuna menarik pergelangan tagan mungil itu.

"Telinga lo masih berfungsi gak sih?" tanya Arjuna geram dengan gadis di depannya ini.

"Ada apa, Arjuna?" tanyanya pada Arjuna.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang