R. A. 28

2K 92 1
                                    

HAPPY READING!

Arjuna baru saja tiba di bengkel bersama Bima dan Guntur. Mereka seperti perangko ke mana-mana selalu bersama. Di mana ada Arjuna, di situ Bima dan Guntur berada. Kecuali di rumah mereka masing-masing.

Bengkel selalu ramai setiap harinya, bahkan sekarang banyak yang menservicekan kendaraan masing-masing. Dimas, Rangga, Gilang, Riko dan beberapa teman mereka lainnya terlihat sangat sibuk melayani pengunjung.

Ruang kerja Arjuna menjadi tempat tujuan mereka saat ini. Bukan untuk enak-enakan duduk bersantai, melainkan mereka akan mengecek barang yang datang pagi tadi. Arjuna mengecek keuangan, Bima dan Guntur mengecek jumlah barang satu per satu.

"Oli sepuluh, Bim," ujar Guntur.

"Delapan, sembilan, sepuluh. Pas!"

"Centang,"

"Oli B, lima," lanjut Guntur.

"Cuma empat, Gun," ujar Bima menatap Guntur.

"Lah? Kok empat? Seharusnya kan lima," ujar Guntur.

"Empat apa lima?" tanya Arjuna.

"Lima, Ar. Gue gak mungkin salah baca," jawab Guntur.

"Laporan gue empat," ujar Arjuna.

"Mata lo kurang asupan vitamin A!" cibir Bima.

"Kurang cuci mata yang bener," sahut Guntur.

"Noh di pojok," ujar Bima.

"Ngapain ke sana?"

"Mandi, cuci mata sono!" ujar Bima.

"Bukan itu maksud gue, anjing!" ujar Guntur menempelang Bima dari belakang.

Arjuna terkekeh pelan lalu melanjutkan mengecek laporan lainnya. Baru saja Arjuna memfokuskan pada komputer di depannya, getaran dari handphonenya membuyarkan fokusnya. Arjuna berdecak kesal saat melihat nomor tak dikenal tertera di layar handphonenya lalu menggeser icon berwarna merah.

Arjuna sudah bisa menebak siapa yang menghubunginya. Arjuna lebih memilih untuk mengabaikan getaran handphonennya dan kembali fokus pada pekerjaannya. Lagi pula tidaklah terlalu penting jika diladeni. Terlebih, seseorang masih berada di tempat ini. Meski tidak mendengarnya.

"Hp lo getar mulu, Bos," ujar Guntur.

"Siapa sih, Ar? Kepo gue," ujar Bima.

"Biasa," jawab Arjuna.

"Yaelah! Sini biar gue aja yang angkat," ujar Guntur.

Arjuna memberikan handphonenya pada Guntur. Ia malas meladeni ular berbisa. Biarlah Guntur yang merespon.

"Lo kangen sama gue?" tanya Guntur pada sang penelpon.

"Kok elo yang jawab sih?! Arjuna mana?!"

Guntur menjauhkan gagang telponnya karena suaranya cukup membuat telinga tuli.

"Ngapain nanyain Arjuna? Mending nanyain yang lain, gue misalnya," ujar Guntur menaik turunkan alisnya seraya menahan tawa.

"Gue mau ngomong sama Arjuna bukan sama lo!"

"Oh, lo mau ngomong sama Arjuna? Tapi Arjunanya gak mau ngomong sama cewek gak punya harga diri kaya lo, gimana dong?" ujar Guntur.

"Guntur lo-"

"Gue ganteng dari lahir, udah tahu! Bye!"

Guntur memutuskan sambungan dan memblokir nomor tak dikenal itu lalu mengembalikannya pada Arjuna. Tugas yang sangat mudah bagi Guntur. Mereka tidak habis pikir pada cewek satu ini. Masih saja mengejar Arjuna meski sudah memiliki kekasih.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang