R. A. 10

3.5K 160 6
                                    

Selamat membaca!
Vote dan comment kalian adalah penyemangatku^^


"Tau gini gue puter balik aja dari tadi," omelnya.

"Lo ngapain sih madep ke sana segala?" tanyanya pada cowok berkulit putih yang kini masih setia dengan posisi hormatnya.

"Gak sengaja," jawabnya enteng.

Mereka benar-benar apes sekarang, pagi tadi mereka mendapat sarapan berupa wejangan dari Bu Eni. Niat awal tidak ingin membuat keributan untuk hari ini harus pupus. Kalau saja Arjuna tidak refleks berhenti dan menatap kelas 12 IPA 2 maka sudah dipastikan mereka kini tengah berada di kelas dengan udara dingin menghanyutkan.

Meski pada faktanya tidak hanya Arjuna yang bersalah. Keduanya sama halnya dengan Arjuna, menjadi incaran para siswi Trisakti. Mungkin kali ini mereka akan memberikan peringatan keras karena sangat merugikan ketiganya.

"Ar, kalau dibiarin kita bakal kena hukuman terus tiap hari, belum wejangan Bu Eni. Makin sebel gue lama-lama," ujar Guntur.

"Sama, Gun. Kita harus buat gertakan sama mereka, enak aja mereka gak di hukum sedangkan kita dapet imbasnya," sahut Bima.

Arjuna membuang napas beratnya, memang sangat menyusahkan memiliki fans hampir semua siswi Trisakti. Mereka bertiga selalu terkena imbas atas perlakuan para fansnya itu. Mungkin benar, Arjuna harus memberi gertakan pada mereka agar ketiganya tidak merasa dirugikan seperti ini.

"Oke."

~**~**~**~

Bel pertanda masuk setelah istirahat pun berbunyi, suasana lorong sudah sepi dan hanya beberapa orang saja yang masih di luar kelas.

Mereka masih memiliki waktu sekitar sepuluh menit sebelum guru pengajar datang. Sudah lebih dari cukup untuk memberi gertakan pada mereka bukan?

Pintu yang tertutup kini terbuka memperlihatkan tubuh atletis milik Arjuna di ikuti Bima dan Guntur di belakangnya. Kini mereka bertiga menjadi pusat perhatian di kelas itu. Tak terkecuali seseorang yang sejak tadi berkutat dengan buku-bukunya.

"Apa? Mau teriak? Lo kira hutan?" sarkas Arjuna pada mereka yang sebentar lagi akan melakukan aksi teriak-teriak seperti orang gila dan berakhir mereka bertiga terkena imbasnya.

"Gimana kejutan kita hari ini? Seneng 'kan?" tanya Guntur.

"Seneng lah gimana enggak, yang ribut siapa yang kena hukuman siapa," ujar Bima sinis.

"Kita dateng bukan ngajak ribut para cowok-cowok, kita cuma mau jaga sikap kalian di depan kita, di depan guru. Gak ada yang istimewa dari kita, apa gak lebih menguntungkan kalau kalian belajar dengan tenang walau kita gak sengaja lewat? Kalian dapet ilmu kita bebas dari hukuman," ujar Guntur.


"Kalian boleh ngefans sama kita dengan catatan jangan berlebihan kaya tadi, kita yang kena dampaknya. Mikir gak sih kalian?" ujar Bima

"Jadi fans sewajarnya gak usah berlebihan. Lama-lama gue muak sama kalian," ujar Arjuna.

Mereka dapat melihat kilatan amarah dari sorot mata Arjuna. Seseorang bergidik ngeri, Arjuna saat ini sangat berbeda dengan Arjuna yang semalam.

"Denger tuh cewek-cewek jangan alay makanya," celetuk salah seorang siswa.

"Gue rasa kalian udah cukup dewasa," ujar Arjuna.

"Yok balik!" ajak Bima.

Guntur telah lebih dulu keluar di ikuti Bima dan terakhir Arjuna. Tatapan mereka bertemu sedetik kemudian Ia bergegas menyusul Bima dan Guntur.
Litha menatap punggung Arjuna yang menghilang dibalik pintu. Sudut bibirnya terangkat, "menakjubkan."

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang