R. A. 50

1.8K 84 5
                                    

HAPPY 6,13K READERS!
SENENG BANGET AKUUU😭

HUHUHU

BUAT KALIAN MAKASIH YA~

MAAF JUGA KARENA AKU SLOW UP TAPI AKU TERHARU TERNYATA KALIAN MAU NUNGGUIN RADYAN ARJUNA UP😭

TAPI TENANG! AKU UDAH KELAR UJIAN HOHOHO😁

HAPPY READING!

Rooftop menjadi tempat langganan siswa SMA Trisakti untuk membolos pelajaran. Hari ini Ia sengaja berangkat terlambat untuk menghindari seseorang. Ia terlalu malas mendengarkan ucapan orang lain saat ini. Ia ingin sendiri tanpa adanya gangguan dari siapa pun.

Tatapannya lurus ke depan, lagi-lagi Ia menghisap nikotin dan entah sudah berapa batang rokok yang telah Ia hisap. Ketika terisa putungnya, Ia kembali membakar ujung rokok itu. Pikirannya sedang kacau saat ini dan satu-satunya cara untuk sedikit meringankan beban pikirannya adalah menyendiri dan merokok.

Semalam kedua orang tuanya datang dan memarahinya habis-habisan karena Ia pulang dengan wajah babak belur. Mereka memang tidak melarangnya untuk membangun sebuah geng motor. Mereka hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada putra sulungnya. Bundanya terlalu mencemaskannya sementara Ayahnya tidak terlalu dibawa serius.

"Bunda udah bilang berapa kali sama kamu? Kamu boleh lindungi temen-temen kamu, tapi kamu juga harus jaga diri kamu," ujar Bundanya.

"Iya, gak lagi deh," ujarnya.

"Enggak apanya? Kamu sering loh pulang babak belur gini," ujar Bundanya.

"Gak anak gak Ayah sama aja kalau dibilangin," lanjutnya.

"Namanya juga Bapak sama anak. Kelakuannya beda tipis," ujar Ayahnya.

"Ayah diem aja! Ini urusan Bunda sama anak bandel ini," ujar Bunda sambil mencubit pinggang anak sulungnya.

"Sakit, Bun. Gak lagi deh, gak lagi,"

"Kamu tuh paling niat diantara Ayah sama Adik kamu," ujar Bunda.

"Niat apa sih, Bun?" tanyanya.

"Paling niat bunuh Bunda!"

Ia berani bertaruh nyawa jika dirinya tidak pernah mempunyai niat seperti yang dikatakan Bundanya. Setelah mengatakan itu, Bundanya langsung pergi. Ia menatap Ayahnya agar mau membujuk Bundanya tetapi Ayahnya hanya mengangkat bahunya acuh.

Kriett!

Suara pintu terbuka tidak membuatnya terusik dan tetap menghisap nikotinnya. Ia sudah bisa menebak siapa yang datang. Siapa lagi jika bukan Bima dan Guntur? Ia melarang kedua sahabatnya itu untuk ikut membolos. Sudah dibilang Ia ingin sendiri tetapi mereka masih saja menemuinya.

"Arjuna,"

Ia tidak mungkin salah dengar, telinganya masih berfungsi dengan baik. Ia sangat mengenal suara itu dan benar saja! Saat Arjuna menatap sumber suara seorang siswi yang telah resmi menjadi kekasihnya ini sedikit menunduk. Arjuna membuang napas kasarnya. Mengapa Litha harus membuatnya semakin tersulut emosi di saat seperti ini?

"Apa?" tanya Arjuna dingin.

Ia duduk di samping Arjuna tatapannya terkunci pada sebatang nikotin yang tersemat di jemari Arjuna. Secepatnya Ia mengambil alih dan membuangnya tak lupa untuk mematikan bara di ujungnya. Ia tidak suka Arjuna merokok apa lagi di depannya.

"Cukup mereka aja yang kehilangan nyawa karena rokok," ujar Litha.

"Apa hubungannya sama gue?" tanya Arjuna.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang