R. A. 39

1.8K 97 14
                                    

Holaaaa!

Patric kesayangan aku gak naik-naik dari bab ke bab. Huft!

Selamat membaca!

Seorang siswi berjalan dari gerbang dengan langkah lesu dan tidak bersemangat. Setelah menjenguk Arjuna kemarin, Ia tidak bisa berhenti mengkhawatirkan pacarnya itu. Meski sudah di tangani dokter dan Dewa senantiasa ada untuk Arjuna tapi tetap saja Ia merasa khawatir.

Arjuna bilang masih memerlukan waktu sekitar tiga atau empat hari lagi untuk memulihkan kondisinya. Apa Ia mulai mencintai Arjuna sekarang? Ataukah hanya bentuk rasa prihatin pada Arjuna saja? Sudahlah! Masih pagi sudah memikirkan hal yang membuatnya pusing.

"LITHA!" pekik seorang siswi dengan nametag Qyara Jevanna Anjani.

"Gak usah teriak bisa gak?" tanya Litha kesal.

"Kalau nyahut dari tadi gue gak bakal teriak, Onyet!" ujar Anjani.

"Masa?"

"Bohong! Lo pagi-pagi udah ngelamun aja, mikirin apa, sih?" tanya Anjani.

"Jangan bilang lo mikirin Arjuna," tebak Raisa yang tiba-tiba merangkul Litha.

"Enggak kok," elak Litha.

"Bohongnya kelihatan banget," ujar Anjani.

"Oh iya, Tha. Arjuna gimana? Dia kenapa?" tanya Raisa.

"Arjuna baik-baik aja, sampai di rumah batuk darah katanya," ujar Litha.

"Tapi gak ada yang serius, kan?" tanya Anjani memastikan.

"Kata Arjuna sih enggak. Dia cuma butuh istirahat aja yang cukup sekitar empat harian," ujar Litha.

"Oh! Jadi ini, yang buat lo ngelamun dari tadi? Lo galau kan gak bisa ketemu Arjuna?" tanya Anjani menaik turunkan alisnya.

"Enggak, Anjani." elak Litha.

Tidak ingin menjadi bahan tertawaan kedua sahabatnya karena pipinya merah akibat tebakan Anjani yang tepat sasatan, Litha berjalan mendahului Anjani dan Raisa. Sementara mereka berdua tertawa lalu menyusul Litha.

Mereka memasuki kelas dan duduk di bangku masing-masing, suasana kelas sudah ramai layaknya pasar tradisional karena jam pembelajaran akan di mulai. Sekitar lima menit kemudian, Pak Totok guru mata pelajaran fisika memasuki kelas 12 MIPA 2.

Kelas yang semula ramai kini senyap karena tidak ingin mencari gara-gara dengan guru fisika ini. Pak Totok sering kali memberikan soal secara dadakan pada beberapa siswa di setiap jam pelajarannya. Namun, Pak Totok lebih sering menguji siswi terpintar di sekolah ini. Yups! Sahara Lalitha Parameswara.

Laki-laki pada umumnya akan jatuh hati pada gadis ini. Bukan karena pintar saja, tapi karena fisik Litha yang mencapai kriteria sempurna. Sedangkan kekurangannya tidak semua laki-laki mau menerimanya. Litha hanya beruntung memiliki fisik serta paras ayunya untuk menutupi kekurangan pada dirinya.

Bel istirahat akhirnya berbunyi, mereka bernapas lega karena terbebas dari mata pelajaran fisika. Kepala mereka terasa pusing melihat rumus-rumus fisika belum lagi soal yang diberikan Pak Totok bukanlah tipe soal mudah. Mereka harus benar-benar berpikir keras untuk memgerjakan soal itu.

"Selamat siang, selamat istirahat," ujar Pak Totok menutup pembelajarannya siang ini.

"Siang, Pak!" ujar mereka serempak.

Satu per satu mereka mulai meninggalkan kelas untuk mengisi perut mereka yang memberontam meminta jatah makan. Tak terkecuali Litha, Anjani, dan Raisa. Mereka bergegas memasukan buku mereka ke dalam ransel sebelum ke kantin.

Radyan Arjuna ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang