02. damn!

7.7K 642 108
                                    

Thea menatap sedih foto ibunya yang baru kemarin di makamkan. Penyakit kanker sudah menggerogoti habis tubuh ibu Thea. Sebelumnya Thea tak pernah merasakan sesedih ini bahkan saat papahnya meninggal ia tak menangis sedikit pun.

Kini hanya perasaan kehilangan yang amat mendalam di rasakan oleh Thea, bibirnya terus bungkam menahan suara isakan agar tak lolos dan hanya air mata yang mengalir dari matanya yang indah.

Apalagi saat memikirkan bahwa kini ia hanya tinggal dengan bibi dan pamannya yang sangat tak memiliki perasaan. Thea sangat yakin bahwa pasangan sejoli itu hanya menginginkan harta ibunya.

Flashback

1 tahun yang lalu.

Thea duduk di sofa sambil menopang kaki, tangannya memainkan rambut hitam panjang miliknya.

"Bolos lagi?" Ucap ibu Thea dengan mata tajam.

"Cih, dasar Jeno pengadu" Gerutu Thea.

"Jeno ga pernah salah." Balas ibu Thea.

"Memang Jeno ga pernah salah di mata ibu."

"Thea! Kamu mau jadi apa sih? Bolos terus, kalo ibu meninggal hidup kamu gimana?"

"Kok ibu ngomong gitu sih? Ibu gak akan ninggalin Thea dan Thea gak perlu sekolah tinggi-tinggi, kalo mau kaya yah tinggal nikah sama om-om kaya atau nikah sama mafia aja uangnya banyak hidup Thea senang."

Wajah Thea senyum sendiri membayangkan betapa kayanya dia jika menikahi pria tua kaya atau seorang mafia.

Tak!

Thea meringis saat sang ibu menyentil jidatnya, merasa kesal karena omong kosong Thea.

"Jangan terlalu banyak baca novel! Itu tak akan seindah yang kamu bayangkan." Kesal ibunya.

Thea melipat tangannya di depan dada, bibirnya maju menahan kesal.

Flashback off

Hati Thea sakit ketika mengingat kejadian itu, dia mengerti mengapa ibunya selalu menyuruh belajar dan sekolah yang tinggi. Ibu Thea sudah tau jika umurnya tak panjang lagi dan Thea merasa bersalah karena tak peduli pada ibunya.

Brak!

Pintu kamar Thea di tendang dengan keras dan menampilkan wajah devil bibinya.

"Enak sekali kau bersantai didalam sini! Keluar kau, saya mau bicara." Wanita dengan roll rambut di poninya berdecak pinggang di depan pintu kamar.

Thea beranjak dari kasur berjalan menuju ruang tengah tempat mr. Yoon paman Thea duduk.

"Kau tahu, harta ibumu sudah habis untuk membayar hutang dan pendidikan mu." Ucap Mr. Yoon sambil menyesap rokoknya.

Thea hanya menunduk masih menahan tangis. Biasanya Thea tak selemah ini, ia selalu bisa menjawab perkataan paman dan bibinya dengan pedas.

Tapi kali ini ia merasa dirinya tak sanggup, bahkan untuk hidup saja rasanya tak mampu lagi.

"Saya tak mau menampung kau yang tak bisa menghasilkan uang." Lanjut Mr. Yoon

Kini air mata Thea lolos, dan ia membenci dirinya sendiri karena terlihat lemah di depan musuhnya sendiri.

"Mimpimu terlalu tinggi. Sudahlah hentikan saja pendidikan mu dan bekerja di bar menjadi jalang seperti ibumu." Perkataan bibinya membuat Thea geram.

MASTER: Jeffrey The Mafia | Jung Jaehyun [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang