37. Overcast

1.6K 177 11
                                    

Suasana yang sangat menyedihkan sore itu, dimana semua orang mengantarkan Yuta ke tempat peristirahatan terakhirnya. Pakaian hitam memenuhi tempat itu, berduka tak ada wajah-wajah kebahagiaan sedikit pun. Yeri yang masih setia memeluk suaminya yang sangat amat kehilangan sahabatnya, Momo tak berhenti menangis sejak dia di beri tahu tentang kematian Yuta semalam.

Jeffrey, mata lelaki itu kosong tak ada air mata yang keluar dari matanya namun sama dengan bibirnya yang terbungkam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dirinya masih setia memeluk Thea yang masih menangis. Kenangan demi kenangan teringat saat Yuta masih hidup, membuat semua orang merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat dalam.

"Halo semuanya, terima kasih yang sudah menyempatkan diri untuk datang ke pemakaman sahabat, kerabat dan saudara kita semua. Dia lelaki yang terkadang hilang tanpa jejak lalu kembali di saat-saat yang sangat dibutuhkan, sosok orang yang bisa membuat orang disekitarnya merasa nyaman, dialah Nakamoto Yuta. Sudah sekitar 7 tahun saya mengenal dan bekerja dengannya, tak ada sekalipun dia melakukan kesalahan atau kecerobohan dalam pekerjaannya dia benar-benar melakukan semuanya dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, tak ada pekerjaan yang dia anggap remeh semuanya penting bagi Yuta, dia tak pernah membanding-bandingkan rekan kerjanya, dia adalah sosok orang yang dingin namun hatinya benar-benar penyayang. Untuk semuanya mari kita berikan penghormatan terakhir untuk sahabat kita." Pidato Jungwoo yang benar-benar tulus membuat semua orang tersentuh lalu menundukan kepalanya untuk berdoa dan memberikan penghormatan terakhir untuk Yuta.

"Saya akan menjaga Thea dengan nyawa saya sendiri Master, maaf karena saya menyayanginya melebihi saya menyayangi diri saya sendiri." Ujar Yuta sembari berlutut pada sang Master.

"Apa maksudmu Yuta?" Jeffrey menatap tajam ke arah Yuta, bahkan siapapun yang melihat tatapan Jeffrey dapat merasakan sisi mengintimidasi yang berada dalam tubuh Jeffrey.

"Saya menolak untuk di tugaskan ke Thailand, saya akan berada di kota ini menjaga Thea karena saya mencintainya."

Bugh!

Satu pukulan melayang tepat di wajah Yuta hingga ia tersukur ke lantai, siapa lagi pelakunya jika bukan Jeffrey yang tidak terima jika lelaki lain bilang bahwa dia mencintai wanitanya.

"Maaf, master." Ujar Yuta dengan lemas namun Jeffrey masih mengepalkan tangannya dan nafasnya memburu menahan kesal.

"Malam ini juga pergi dari sini! jangan pernah menunjukan wajahmu lagi di hadapan saya ataupun Thea." Final Jeffrey, dan Yuta sama sekali tidak bisa berkutik hanya menghela nafas pasrah.

Malam itu Jeffrey selalu mengingatnya malam sebelum kecelakaan terjadi dimana malam itu juga Yuta menyatakan perasaannya secara jujur bahwa dia mencintai Thea kepada Jeffrey. Disaat Jeffrey bilang bahwa dia tidak ingin bertemu dengan Yuta dan tuhan benar-benar mengabulkannya, Yuta pergi untuk selamanya. Kenyataan itu cukup membuat Jeffrey tertampar dan merasa bersalah pada anak buah sekaligus sahabat yang sudah ia kenal sejak mereka remaja.

"Jeff?" Thea mengusap pelan pipi Jeffrey membuatnya tersadar dari lamunannya. Jeffrey hanya mengangguk dan tersenyum tipis menanggapi Thea.

"Ayo pulang, kamu mau mengucapkan salam perpisahan sama Yuta untuk terakhir kalinya?" Tanya Thea, namun Jeffrey menggeleng dan langsung menuntun Thea untuk pergi menjauh dari makam Yuta.

Sampai di kediaman Jeffrey, pengamanan benar-benar di tambah menjadi super ketat. Thea kembali ke kamarnya sambil melihat album-album yang berisikan foto-foto Yuta, Jeffrey dan johnny pada saat mereka bersahabat semasa sekolah. Diluar cuaca sangat mendung di prediksi akan terjadi hujan badai, semesta pun mendukung jika kesedihan sedang melanda mereka.

"Dimana Jeffrey?" Tanya Thea pada bodyguard yang menjaga di depan pintu kamarnya.

"Master berada di ruang kerjanya, nyonya." Jawab bodyguard itu.

Sejak mereka kembali dari pemakaman Jeffrey langsung masuk ke ruangannya dan belum keluar sampai saat ini, bahkan dia juga belum menyentuh makanannya sama sekali membuat Thea khawatir kepadanya. Thea turun ke dapur untuk membawakan beberapa makanan untuk Jeffrey.

Thea mengetuk ruangan Jeffrey namun tak ada jawaban sama sekali, percobaan kedua juga sama, dia meraih kenop pintu dan ternyata ruangannya tidak terkunci, Thea menyalakan lampu di ruangan itu dan terlihat lah Jeffrey yang sedang tertidur di sebuah sofa. Wanita berambut panjang itu mendekati Jeffrey dan dia melihat ada sisa air mata di pipi Jeffrey.

"Apa Jeffrey nangis?" Gumamnya, Thea menyimpan nampan makanannya lalu terduduk di lantai tepat di sebelah Jeffrey.

Thea menggenggam tangan Jeffrey dan tangan satunya ia gunakan untuk mengelus-elus rambut Jeffrey, sesekali Thea mengusap pipi nya yang basah karena air mata. Dia sangat merasakan kehilangan namun dia juga bisa merasakan betapa Jeffrey begitu merasakan kehilangan Yuta, pasti Jeffrey lebih merasakan kehilangan daripada dirinya.

Tanpa sadar Thea juga ikut tertidur dengan posisi terduduk di lantai, tangannya masih setia menggenggam tangan Jeffrey membiarkan makanan yang ia bawa dingin dia lebih memilih untuk membiarkan Jeffrey istirahat dan dia akan menemaninya sampai kapanpun.

Di lain sisi, markas pun sama suramnya semua orang benar-benar sedih. Mark meneguk vodka nya entah sudah ke berapa gelas yang sudah dia teguk, dia hanya mengalihkan rasa sedihnya dan dia juga tidak bisa menerima bahwa Yuta telah tiada.

"Kak Mark cukup!" Cegah Jaemin saat Mark hendak meneguk kembali satu slot vodka nya. Namun Mark benar-benar menghiraukan Jaemin dan meneguk minuman beralkohol itu.

"Sudah lah biarin aja." Ujar Haechan kepada Jaemin agar tidak usah melarang Mark lagi.

"Tapi dia bisa mabok dan lo tau kan kalo dia mabok bakal kaya gimana, kita tuh udah cukup rumit jangan nambah masalah lagi." Kesal Jaemin sambil menggebrak meja yang ada di hadapannya.

"Iya bener kata Nana, rebut minumannya kalo dia mabok dia bisa bunuh orang." Kata Jeno yang di setujui oleh yang lainnya.

Prang!

Botol vodka itu melayang ke tembok dan akhirnya pecah, air nya yang masih ada setengah botol itu pun bercucuran. Mark mengepalkan tangannya hingga kuku-kuku nya memutih.

"Gue gak bisa terima kalo kak Yuta harus mati, gue bakal bunuh mereka semua yang bersangkutan!" Mark langsung meraih pistol yang berada di sebuah box, semua orang yang berada ditempat itu panik dan langsung menghalangi Mark.

"Cukup kak! Master juga pasti gak terima dengan kematian kak Yuta, kita akan tunggu perintah dari dia dan kita habisin mereka semua." Renjun mencoba untuk menenangkan Mark dan perlahan-lahan merebut pistol yang berada di tangan Mark.

"Arrghh anjing!" Teriak Mark yang membuat semua orang terjengit kaget.

"Tenang kak, nanti ada masanya kita balas dendam. Cukup tenang, amati dan hancurkan." Tatapan Jeno berapi-api tangannya mulai terkepal membuat semua orang yang berada di tempat itu pun panas tak tak tahan ingin membalas dendam kepada musuh mereka.

TBC

akhirnyaaa bentar lagi mau end, doain lancar yaa. and tengkyuu juga untuk kalian yang masih setia baca cerita aku dari awal sampe akhir. gomawoo<3

MASTER: Jeffrey The Mafia | Jung Jaehyun [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang