03. drugs?

6.6K 615 129
                                    

"kita ngapain sih disini?" Tanya Haechan yang bingung dengan situasi.

Johnny, Haechan dan Renjun berdiri di belakang pohon memantau rumah Mr. Yoon yang merupakan targetnya, ditangan mereka memegang masing-masing dua jerigen yang berisikan bensin.

"Berisik lo! Ikutin aja." Salak Renjun yang kesal dengan Haechan yang terus bertanya.

"Gue kan nanya, kalo kalian jawab gue ga akan nanya lagi." Haechan cemberut.

"Liat aja nanti, banyakin kerja bukan banyakin omongan!" Renjun dengan nada menyindir.

"Maksud lo apa?!" Haechan menjatuhkan jerigen dan menarik kerah baju Renjun.

"Ssstt, Berisik kalian! Pantau terus kalo pemilik rumah ini sudah pulang kita bakar rumahnya." Ucap Johnny membuat Haechan dan Renjun diam.

Johnny harus memiliki banyak kesabaran mengurus kedua bocah yang seperti tom&Jerry ini, jika bukan tugas dari Jeffrey mungkin Johnny akan menolak membawa Renjun dan Haechan.

"Itu dia!"

Mereka melihat Mr. Yoon dan istrinya memasuki rumah. Johnny menginstruksi Renjun dan Haechan agar mengikutinya, semua bensin di jerigen yang mereka bawa ditumpahkan di sekitar rumah Mr. Yoon.

"Menjauh!" Ucap Johnny, Haechan dan Renjun segera menjauh.

Johnny mengeluarkan korek dari saku celananya, menyalakan api dan melempar ke lantai. Api menyala sangat besar membakar rumah Mr. Yoon, Renjun dan Haechan tertawa kagum seperti melihat pertunjukan.

"Bersihkan barang bukti dan pergi!" Titah Johnny, mereka langsung membawa jerigen kosong dan pergi meninggalkan lokasi.

Mereka sampai di gedung kantor, Haechan masih terus berceloteh tentang serunya membakar rumah. Karena biasanya dia selalu mengurus bangkai manusia atau membakar manusia tapi membakar rumah merupakan hal baru baginya.

"Seru banget, kak lain kali kalo bakar rumah ajak gue lagi!" Serunya dengan nada yang bersemangat.

"Iya nanti bakar rumah lo." Celetuk Renjun sambil memutar bola mata malas dan menutup telingannya sepanjang jalan muak mendengar celotehan Haechan.

"Ssstt!" Sampai di depan ruangan master seketika suara Haechan hilang dia mengunci mulutnya.

"Ayo masuk." Titah Johnny membukakan pintu.

Terlihatlah seorang pria tinggi membelakangi mereka, master berdiri menghadap jendela satu tangannya mengangkat minuman.

"Clear!" Ucap Johnny

Cukup tahu saja, master tak akan membalas ucapan Johnnya karena hanya membuang-buang waktu.

Johnny, Renjun dan Haechan pun segera keluar dari ruangan master. Haechan memegang dadanya.

"Ini ketiga kalinya gue masuk ruangan master, masih gemetar aja. Sementara lo kak tiap hari, apa gak mati?"

Johnny tersenyum miring menanggapi ucapan Haechan, "sudah biasa." Ucapnya dengan santai.

Aura dari master memang berbeda, sungguh misterius walau hanya dari ruangannya saja. Jeffrey merupakan orang yang ditakuti di dunia kriminal dan juga merupakan orang yang ditakuti di dunia bisnis. Sekalinya ada yang bermacam-macam akan Jeffrey habiskan hingga akar-akarnya.

***

Disebuah ruangan dengan pencahayaan minim seperti baju yang dipakai para wanita disini, dentuman musik terdengar sangat kencang dihiasi dengan asap rokok dan bau minuman beralkohol. Disini lah Thea, menurutnya tempat ini adalah satu-satunya penghilang stress.

"Tumben ngajak duluan!" Teriak Joy di telingan Thea, karena suara musik yang sangat kencang.

"Rasanya mau mati aja! Gue cape Joy!" Thea mengisi satu slot minuman lagi.

"Udah lupain aja! Mending dance." Ajak Joy.

Di bawah sana, Thea melihat Joy sedang meliuk-liukan badannya. Wanita dengan dress merah ketat dan minim itu tak peduli kepada lelaki mana dia menempel. Sedangkan Thea hanya duduk dan menggelengkan kepala melihat Joy.

Thea mengluarkan handphone dari dalam tas nya, memeriksa notifikasi yang masuk. Ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Nana yang merupakan sahabat Jeno. Thea keluar dari club dan mencari tempat sepi untuk menelfon balik Nana.

Tak lama, Nana langsung mengangkat telfon dari Thea.

"Kak Thea!" Di sebrang sana suara Nana terdengar yang terdengar khawatir dan ketakutan.

"Na kamu kenapa? Ada masalah apa?" Thea sangat khawatir, mendengar Nana.

"Jeno, ditangkap polisi karena dia positif pake narkoba."

Thea menutup mulutnya tak percaya, Jeno yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri tak mungkin melakukan hal yang seperti itu. Segera Thea mematikan sambungan telfon dari Nana dan langsung menghubungi Jeno.

Jeno tak mengangkat telfon dari Thea, membuat Thea khawatir tangannya bergetar dan dia terus berjalan mondar-mandir.

"Jeno, kamu kenapa sih?" Thea terjongkok mengacak-ngacak rambutnya.

Ting!

Satu notifikasi membuat Thea segera membuka handphone nya. Air mata Thea lolos jantung nya semakin tak karuan ketika membaca pesan yang masuk.

Bro Jeno:
Untuk kak Thea sayangnya Jeno. Maafin Jeno buat kakak khawatir, tapi Jeno gak menyesal kok karena Jeno melakukannya berarti Jeno harus bertanggung jawab heheh. Kak Thea jaga diri, tetap hidup dan tunggu Jeno!!-♡

Thea segera menghubungi Jeno kembali, tapi hanya suara operator yang menjawab. Thea kesal sekaligus khawatir pada Jeno karena anak itu sempat-sempatnya terkekeh di saat menegangkan seperti ini.

Bagai dipukul dua kali berturut-turut, baru ditinggal ibunya kini Jeno yang pergi. Thea merasa dirinya tak pernah memperdulikan orang lain, buktinya ia tak tahu jika ibunya sakit dan kini ia tak bisa menjaga Jeno hingga ia bisa terjerumus pergaulan yang buruk. Jika Thea lebih perhatian pada orang terdekatnya mungkin mereka tak akan pergi. Thea sangat menyesali itu.

Ingin marah tapi percuma, karena telah terjadi dan waktu tak dapat di ulang kembali. Memang penyesalan akan datang di akhir.

Thea bangkit dan mengambil tasnya yang terjatuh di tanah. Berbalik badan dan satu-satunya yang ia lihat adalah banyangan hitam seseorang, orang itu mendekat dan Thea menjauh mundur. Semakin Thea menjauh semakin mendekat orang itu.

"Siapa kamu? Jangan mendekat!" Teriak Thea ketakutan.

"Jangan takut." Ucapnya dengan suara bass, aura lelaki itu sangat misterius membuat Thea semakin ketakutan.

"Mendekatlah, jangan takut." Ucap lelaki itu lagi. Wajahnya mulai terlihat karena sorotan lampu jalan. Pria tampan, tinggi dengan tuxedo hitamnya.

Jeffrey.


TBC

MASTER: Jeffrey The Mafia | Jung Jaehyun [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang