Dialah Ilham yang Asli

4.2K 226 9
                                    

Pemberitahuan
1. Sejak awal cerita ini memang tidak punya gambar/foto tokoh. Sekalipun hanya sebagai perumpamaan, saya tidak mau mengambil foto orang lain.

2. Penulis hanyalah pemula

3. Penulis tidak menerbitkan tulisan di tempat lain.

4. Jangan lupa Vote dan Comment ya

5. Kisahnya di ketik di hp jadi kalau ada banyak typo, Mohon Maaf yang sebesar-besarnya.

####

Iqbal POV

Setelah serangkaian kegiatan pembukaan kafe yang panjang, aku beristirahat sejenak sebelum akhirnya membantu Anis membersihkan kafe juga menata kembali sesuai konsep awal. Tak ku sangka perjuanganku selama ini berakhir manis, meskipun tabunganku hampir habis.

"Lembaran baru, kisah dan tantangan baru menanti" kataku pelan

"Dan kita tak boleh menyerah dan harus tetap semangat" Kata Anis menyambung.

Kami berdua sama-sama tersenyum dan melanjutkan kegiatan bersih-bersih pada kafe.

###

Rasanya tenagaku telah habis semua, ingin rasanya sampai rumah langsung tidur, namun nyatanya harus sepelik ini.

"Apa benar kamu tidak menganggap Ilham sebagai kakakmu?" Tanya ayah

"Iya ayah, aku menganggapnya sebagai teman saja. Apa itu sebuah kesalahan?" Tanya ku sopan.

"Tidak, tapi ayah dengar kamu tidak mau bergaul dengannya?" Tanya ayah lagi.

Aku kaget mendengarnya, namun aku berusaha menguasai diri. Bukannya selama dia sibuk dengan Farhan? Lalu kenapa dia menyalahkan ku.

"Bukan tidak mau ayah, tapi aku juga sibuk. Ayah tahu sendiri saya harus meliput kesana-kemari, saya bekerja di kafe dan saya berdiskusi sains dengan Anis ayah" Jawabku sesopan mungkin.

"Bukan di sekolah ada dua waktu istairahat? Setidak kamu temani dia nak" Tegas ayah

"Baik ayah, tapi kalau aku sedang bertugas di perpustakaan, maaf aku nggak bisa menemaninya"

"Baik, satu lagi. Dia mau tukar kamar denganmu. Kamu di kamar tamu sedangkan Ilhan di kamarmu, jadi mulai sekarang di sana kamarmu" tegas ayah sambil menunjuk kamar tamu.

" Baik ayah, saya akan membereskan barang-barang terlebih dahulu"

Akupun berlalu meninggalkan semuanya. BI Minah mengekor dibelakang ku.

"Apa tidak apa-apa Ibal?" Tanya bi Minah

"Apanya bi?" Tanya ku balik

"Ibal tidur di kamar tamu" Tanya bi Minah ragu.

"NGAPAIN KAMU DI KAMAR SAYA" suara bentakan dari Ilham sambil menunjuk bi Minah

Bu Minah hanya menunduk ketakutan.

"Bi Minah tolong siapin kamar tamu ya" bisik ku sembari mengajak keluar sebelum bentakan lain yang Ilham keluarkan.

Bi Minah berlalu dan aku kembali membereskan barang-barangku.

"Ndak usah di bentak juga kali" Ucapku sopan.

"Terserah gue,buruan keluar, atau jangan-jangan lu mau lihat gue bugil"

Belum sempat aku menjawab, dia sudah bugil dan aku berdiri menegang di sudut kamar. Siapapun yang melihat pemandangan ini pasti tergoda, begitupun dengan ku. Aku terus memandanginya yang begitu sempurna. Dia terus mendekat dan

Cup

Sebuah kecupan mendarat di bibirku. Lembut, lebih lembut dari yang pertama dia lakukan, namun aku belum bisa membalasnya. Bukan karena aku tidak siap tapi karena memang aku tak tahu harus berbuat apa. Dia semakin ganas, mulai menjelajah jengkal demi jengkal leherku dan seperti yang lalu, dia menggigit pelan pada kecupan di leherku.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang