Hai-hai author update nih,
Maaf ya kali ini agak pendek soalnya auhor banyak bangat laporan. Jadi harus fokus dan ceritanya ini hanya di ketik "one shot" Tanpa dilihat lagi typo dll nya.Enjoy reading
####
Iqbal POV
Hari-hari memang tidaklah mudah, selalu ada kesedihan dan kebahagian yang menyertai. Pagi hari aku harus bersedih melihat orang yang aku cintai bermesraan dengan orang lain. Namun aku juga bahagia saat melihat sahabatku begitu bahagia dengan pilihannya, meski aku tak dianggap sebagai sahabat. Cerita kita memang sudah berakhir baginya, tapi tidak denganku. Kecewa itu ada tapi tidak ada mengubah pertemananku pada siapapun. Semakin hari, aku sudah memikirkan sahabatku itu. Bukan, bukan karena aku tidak lagi mau bersahabat dengannya. Hanya saja, aku benar-benar tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal yang tidak terlalu penting bagiku, terlebih sebentar lagi aku akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Sekarang aku punya kelompok belajar, meski tidak banyak. Hanya saja, dengan keberadaan mereka, aku jadi lebih fokus untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dengan mereka. Hubungaku dengan Adel semakin erat dengan berjalannya waktu, bahkan dia adalah tanggung jawabku.
"Aku mau memperjelas hubungan kita, kamu tahu kan aku gay?" Tanyaku santai.
"Jadi,,,, berita itu benar?" Tanya Adel ragu.
"Ya, apa itu sebuah masalah bagimu?" Tanyaku lagi.
"Tidak, aku tidak mempermasalahkan orientasi sex mu, tapi,,,,, " Jawab Adel ragu.
"Tapi,,,? " Tanyaku meminta penjelasan.
"Apa Ilham?" Tanya Adel.
"Apa itu terlihat?" Tanyaku balik.
"Kentara sekali, hanya saja sebelum ini, aku masih menganggap semua yang tampak itu karena pertemanan." Balas Adel menunduk.
"Lalu? " Tanyaku menyelidik,
Aku begitu yakin masih hal yang memberatkan Adel untuk menerimaku. Setelah sekian lama menunduk, Adel pun menatapku seolah mencari kata yang tidak menyinggungku.
"Itu masalahnya, Bal. Kau mencintai orang yang salah." Ucap Adel.
Aku tidak menjawabnya, hanya alis sebelah, meminta penjelasan lebih lanjut.
"Bukankah selama ini dia yang selalu membuatmu berada di posisi yang sulit?" Tanya Adel.
Aku tersenyum, mengerti bahwa Adel tidak suka Ilham karena itu.
"Kau yakin?" Tanyaku santai.
"Buktinya selama ini." Jawab Adel.
"Kau akan tahu suatu saat nanti, dan untuk saat ini cukup lihat sejauh apa dia mampu membuatku berada dalam keadaan yang sulit. Satu hal lagi, jangan libatkan perasaan mu, kau memang akan bersedih melihat aku yang terus berada dalam posisi sulit. Tapi jika kau tidak melibatkan perasaan mu, maka hatimu akan baik-baik saja melihat semuanya. Bersikaplah seolah tak peduli," Jelasku.
"Aku sebenarnya bingung, mana ada teman yang bisa bersikap biasa saja saat temannya dalam posisi sulit, tapi aku yakin kau punya alasan yang hebat. Satu hal lagi, kamu tak perlu khawatir. Aku tidak jatuh cinta padamu, juga tidak berpacaran dulu. Orang tuaku menggantung harapan padaku, jadi aku harus menggantung mimpi setinggi langit."
Aku tersenyum mendengar jawabannya, setidaknya dia tidak tahu semua kebenaran tentangku sehingga dia tidak cinta padaku yang nantinya malah membuat dia sakit. Hal yang paling membuatku kagum adalah kemauan dia untuk mengubah perekononian keluarganya. Sangat jarang anak muda mau seperi itu,

KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Ilham (End)
Teen FictionIqbal,anak pengusaha terkenal yang sangat populer dari kalangan pelajar SMA Harapan. Tidak, Iqbal tidak memanfaatkan ketenaran orang tuanya untuk mendapatkan semua ini, tapi dia berjuang dari awal yang ujungnya berbuah manis. Dia sangat pintar, bahk...