Nikmatnya tubuh mafia

4.6K 160 27
                                    

Maaf kalau typo bertebaran,
Ini utang author untuk hari selasa minggu ini,
Nah kalau untuk Hari ini, author akan update secepatnya.

Iqbal POV

Sejak kejadian itu, aku sama sekali tidak berbicara dengan Ilham. Jangankan berbicara, melihatnya saja aku sudah muak. Aku cemburu? Tentu saja aku cemburu, apalagi setelah tahu keputusan pak Rajasa yang memaksa Ilham yang harus bertanggung jawab terhadap Anis. Siapa yang rela orang yang diincar dan diperjuangkan salama ini harus menjadi milik orang lain. Aku pun mencari cara agar pernikahan itu dibatalkan, meski sebenarnya mereka akan nikah setelah pengumuman kelulusan. Sejak saat itu pula, dimana ada Anis pasti disitu ada Ilham. Mereka tidak bermesraan seperti pasangan kekasih pada umumnya, tapi itu cukup membuatku cemburu. Baik Anis maupun Ilham, Sama-sama tiak mau Terima keputusan yang pak Rajasa buat. Tapi mereka juga tidak bisa apa-apa, mereka sudah terlanjur melakukan hubungan suami istri.

"Boleh kita berbicara empat mata?" Tanyaku serius.

"Tentu saja boleh, kapan? Sekarang?" Ucap lawan bicaraku,

"Nanti saja, aku akan SMS tempatnya." Ucapku berlalu.

Aku sangat yakin dialah otak dari segala rentetan bencana yang ku alami, hanya saja aku belum memiliki bukti untuk membungkannya. Terlebih, aku sibuk memikirkan cara bertahan hidup saja.

"Mari kita mulai permainannya." Ucapku dalam hati.

"Halo paman." Ucapku setelah telepon tersambung.

"Kirain sudah lupa sama paman." Ucap paman lalu tertawa yang terdengar nyaring di telepon.

"Paman dimana?" Tanyaku tanpa berbasa-basi.

"Oh sepertinya kau sedang serius, paman di markas." Ucapnya menghentikan tertawanya.

Aku langsung berangkat ke markas yang paman maksud, tak lain tak bukan itu adalah kantornya. Untuk orang umum pasti tahu kalau kantor pamannya Anis itu berada di kafe, tapi faktanya kantor yang sebenarnya tepat berada dibawah para pengunjung menikmati suasana kafe. Ya, kafe itu memiliki ruangan bawah tanah, hanya beberapa saja yang tahu tentang itu dan memiliki akses kesana. Anehnya aku memiliki akses ke sana, sementara Anis yang notabene keponakan paman, tidak memiliki akses, bahkan tidak tahu tentang ruangan bawah tanah itu.

"Aku perlu bantuan paman." Ucapku sesaat setelah memasuki ruangan khusus itu.

"Kau perlu apa? Seorang pengawal? Seorang mata-mata? Atau mafia sepertiku?" Tanya paman santai.

Ya pamannya Anis ini memang seorang mafia yang sudah lama berkecimpung di dunia hitam, tak banyak yang tahu. Semua hanya mengira bahwa paman adalah seorang pengusaha kafe, begitu pula dengan pak Rajasa. Dibalik sikap tegas dan santai yang dia tunjukkan pada semua orang, dia juga salah satu mafia yang ada di kota ini. Awalnya aku sangat kaget saat aku memberi tahu bahwa ada ancaman untuk kafe paman dan perusahaan pak Rajasa, sebab ada kafe dan perusahaan baru yang ingin bersaing, bahkan jauh lebih kreatif. Tapi paman dan pak Rajasa terlihat begitu santai, beberapa hari setelahnya aku mendengar bahwa kafe dan perusahaan itu bangkrut. Aku pun penasaran dengan apa yang terjadi, sehingga aku memutuskan bertanya pada paman. Namun saat aku baru sampai di depan pintu ruangan bawah tanah, aku mendengar semua tentang paman dan pak Rajasa. Aku tak percaya dengan semua itu, dengan gugup aku meninggalkan ruangan itu. Beberapa hari setelah mengetahui itu, aku mencoba menghindari paman, baik itu berbicara langsung ataupun bertatapan langsung.

"Aku ingin paman bantu aku untuk menjebak seseorang." Ucapku santai.

"Umur, kapan dan dimana?" Tanya paman, tanpa bertanya mengapa aku ingin menjebak orang itu.

"Seumuran denganku, nanti malam, carikan ruangan VIP untuk kencan." Jawabku

"Baiklah, hotel bintang 5,kamar royal suite. Kamera dan mic akan kami siapkan,,,," Ucap paman menjeda.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang