Menghilang bersama luka

2.6K 142 5
                                    

Hai-hai sesuai janji, saya update 2 kali. Ini update-an yang kedua ya 🙂🙂🙂

####

Iqbal POV

Hari ini adalah hari pertamaku masuk kembali ke sekolah setelah beberapa hari yang lalu aku meminta ijin untuk fokus merawat Ilham, guru-guru tidak begitu keberatan jika aku ijin selama itu. Bahkan kalau perlu, aku dan Anis tak usah ikut KBM saja. Meski sering mendengar guru-guru yang mengatakan hal seperti itu, aku tetap masuk kelas. Aku tidak mau di cap arogan, selain itu aku juga harus benar-benar paham dan yakin apa yang ku pelajari sendiri sama dengan apa yang diajarkan para guru.

"Akh, jadi kangen Anis dan Adel." Gumanku sambil mempercepat langkahku.

Sejak Ilham kecelakaan, aku ijin juga di kafe. Jadi setiap hari aku hanya berada di rumah dan rumah sakit. Aku sebenarnya ingin tanya keadaan kafe di Ibu, tapi aku tidak tega melihat Ibu yang kelelahan saat pulang. Aku menuju perpustakaan, aku yakin Anis disana.

"Anis belum datang?" Tanyaku bingung.

"Eh mas ganteng udah masuk toh, eh Anis tidak kesini selama mas ganteng ijin." Ucap petugas perpustakaan dengan gaya kemayunya.

"Anis tidak pernah kesini?" Tanyaku seolah tak yakin.

"Iya mas ganteng, beberapa hari banyak buku yang harus di arsip kan. Jadinya aku harus melakukannya sendiri. Kalau Anis sih masuk soalnya saya lihat dia di kantin." Ucapnya menjelaskan.

"Pengarsipan? Sendirian?" Tanyaku,

Aku merasa ndak enak pada petugas perpustakaan, sekolah ini tidak mengambil atau membuka lowongan untuk petugas perpustakaan itu karena ada kami yang menjaganya. Memang tidak digaji tapi kami bisa membaca buku sepuasnya. Namun yang membuatku merasa tidak enak saat dia mengatakan bahwa beberapa hari ini dia menjaga sendiri perpustakaan, padahal gajinya masih tergolong kecil bahkan jauh lebih kecil dari para karyawan di kafe, memang ada bonus lembur tapi itu hanya segelintir, tak mampu menggantikan tenaganya yang terkuras saat berjaga sendirian.

"Sebenarnya nggak sendiri juga sih mas, ada teman mas yang cewek satunya itu lho. Tapi dia datangnya cuma pas habis jajan di kantin sama pulang sekolah. Bantu menata kembali buku yang acak-acakkan." Ucapnya.

"Adel" Gumanku pelan.

"Wah mas bentar lagi belajar, maaf ya saya tidak biasa bantu pagi ini, ntar istirahat deh saya bantu. Dan ini buat mas." Ucapku sambil menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

"Eh ini apa mas, nggak usah." Ucapnya menolak.

"Mas, sebenarnya sekolah nggak akan buka lowongan kerja buat petugas perpustakaan lagi, karena sekolah tahu bahwa ada aku dan Anis yang ikut jaga, meski nggak digaji sih. Jadi beberapa hari ini mas jaga sendirian itu termasuk lembur. Tapi bonus lembur dari sekolah nggak seberapa kan? Jadi ini buat mas." Jelasku.

"Itu sudah kewajiban saya sebagai petugas mas ganteng, aku nggak bisa nerima ini." Ucapnya sambil mendorong kembali tanganku yang memegang uang.

Jujur aku kagum dengan sikapnya, tidak banyak orang bisa menerima keadaan seperti dia. Apalagi kalau harus kerja sendirian, pasti sudah banyak yang mengeluh. Sementara dia? Dia berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kalau begitu, Terima ini sebagai hadiah dari saya." Ucapku

"Tapi mas,,,," Ucapnya

"Aku bisa memecat mu mas," Potong ku.

Dia terlihat ketakutan dengan apa yang aku katakan barusan. Perlahan dia mengambil uang itu lalu mas,

"Mas apa tidak kebanyakan ini sebagai hadiah?" Tanyanya.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang