Tumbuhnya Benih Cinta

3.1K 173 16
                                    

Author mau minta maaf dulu nih karena update ceritanya lama, author terpaksa update lama karena ngurusin penerbangan sekarang susahnya minta ampun. Beberapa kali ini rescedule jadwal penerbangan karena banyak hal dan akhirnya author pun memilih tetap di Lombok dalam waktu yang lama. Nah selanjutnya author mau ngasih beberapa pemberitahuan :

1. Cerita ini akan di update setiap hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Nah karena berhubung kemarin author harus jelasin ke perusahaan bahwa nggak bisa balik, jadi ya author nggak update. Sebagai gantinya, hari ini akan update.

2. Author bekerja sama dengan beberapa penulis baru, mereka ngirim tulisan ke author dan author yang koreksi lalu mengupdatenya ke beberapa aplikasi seperti storial, sweet, dan Web novel. Kalau kalian mau nanti author kasih linknya.

3. Untuk jam updatenya, nggak nentu ya soalnya tergantung kerjaan dari perusahaan. Kalau kerjaan dari perusahaan datangnya pagi, author berusaha sorenya update.  Nah kalau datangnya sore, Author update pagi.

####

Ilham POV

Usai mengantar teman ke rumah, aku tak tahu harus kemana. Ku kira rencanaku untuk membuat Iqbal cemburu berhasil, namun nyatanya ah sudahlah. Mereka terlihat sangat cocok sekali, apalagi Iqbal terlihat bahagia saat bersama polisi itu.

" Apa aku mundur saja ya?" Gumanku.

" Tapi aku sudah sejauh ini." Gumanku lagi.

Aku terlihat seperti orang gila di pinggir jalan, terlalu asyik dengan pikiranku.

" Mas baik-baik saja? " Tanya seseorang.

Aku hanya tersenyum sebagai jawaban. Tak ingin mengundang banyak perhatian, aku memutuskan untuk pulang ke rumah.

####

Iqbal POV

Hari semakin siang, aku masih nyaman dalam hangatnya pelukan bang Iqbal. Dia pun terlihat nyaman dalam tidurnya, ini yang membuatku tak bergerak sama sekali daritadi padahal aku sudah bosan tidur. Beruntungnya Anis juga mengerti keadaan saat aku meminta ijin untuk tidak masuk kafe hari ini.

" Bang bangun, laper" Ucapku sambil menepuk pipinya.

"Hmmm" Ucap bang Iqbal sambil mengeratkan pelukannya.

"Bang nanti kan bisa meluk lagi, lapar serius. " Ucapku,

Bang Iqbal pun membuka mata lalu tersenyum, dia melepaskan ku dan beranjak ke kamar mandi. Aku pun langsung kedapur, meski dalam keadaan telanjang bulat.

"Ah stok bahan dapur juga udah mulai habis." Gumanku.

Aku pun memasak menggunakan bahan yang masih tersisa.

"Ntar aku ajak bang Iqbal sekalian ah." Gumanku pelan.

"Ajak kemana?" Bisik bang Iqbal yang tiba-tiba memelukku.

"Tuhan cobaan apalagi ini, kalau memang bang Iqbal yang akan mengambilnya pertama, tak apa. Aku pasrah." Kataku dalam hati.

"Kok malah melamun?" Tanya bang Iqbal.

"Kalau keluar pake dulu celananya, ntar kalau dilihat orang bisa salah paham." Ucapku mengingatkan.

"Lha kamu aja telanjang bulat seperti ini. Malah ngingetin orang. Lagian nyaman kok kalau telanjang-telanjangan gini. Kalau cuma kita berdua ntar telanjang kek gini aja ya." Ucap bang Iqbal nyengir.

"Jangan, ntar abang nafsu." Ucapku datar.

"Abang atau kamu yang nafsu?" Tanyanya menggoda.

"Ya abang lah, tuh kontolnya aja udah bangun." Ucapku sewot.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang