Sebuah Kebenaran

3K 154 2
                                    

Hai-hai ini utang author yang harusnya terbit hari Kamis, nah untuk hari ini, akan author update secepatnya. Oh iya, author juga mau beri tahu nih, ceritanya tak lama lagi akan berakhir. Ya kurang dari 5 judul lagi.

Enjoy reading 😘😘😘

Iqbal POV

Setelah pertempuran panjang dan melelahkan tadi, kami langsung bersiap-siap untuk merealisasikan rencana yang sudah kami susun. Sebenarnya bukan kami, hanya tante dan paman saja yang menyusunnya, sementara aku hanya melakukan apa yang disuruh oleh tante. Dan disinilah aku, sedang menunggu seseorang yang sudah berani mengusik terlalu jauh kehidupanku, aku tak tahu apa yang sudah paman dan tante lakukan, tapi aku yakin mereka menyusun rencana sebaik mungkin.

"Hei, " Ucap Farhan datar,

"Lho kok, " Ucapku kaget melihat dia dengan orang dewasa.

"Dia ayah gue, terlalu berbahaya bukan?" Tanya Farhan menyindir.

"Berbahaya?" Tanyaku tak mengerti.

"Iqbal, Iqbal. Gue tidak bodoh." Ucap Farhan, tersenyum kecut.

Aku hanya menautkan alis, tak mengerti arah pembicaraan Farhan.

"Gue tahu, lo udah tahu semuanya, lo hanya sedang mencari bukti bukan?" Tanyanya santai.

Emosiku langsung meledak saat dia mengatakan itu, tapi aku sadar dengan apa yang tante ucapkan tadi, aku harus membunuh emosiku,

"Jadilah aktor yang hebat."

Begitulah ucapan terakhir tante tadi,

"Tahu  semuanya? Apa yang ku tahu?" Tanyaku berpura-pura bodoh lalu tersenyum.

"Kenapa tidak kita duduk dulu, pesan makan atau minum dulu." Tawarku berasa-badi.

"Boleh." Ucap Farhan, lalu mereka terduduk.

Kami pun memesan makanan, tak ada pembicaraan sampai makanan datang. Dia terlihat sedang memikirkan sebuah antisipasi dari jebakan ku, sementara aku sedang berusaha kuat untuk membunuh emosiku, setidaknya untuk melancarkan semua rencana yang tante susun rapi.

"Silahkan di makan." Ucapku.

"Makan." Ucap Farhan menyodorkan makanan.

Aku bingung dengan apa yang Farhan lakukan, tapi aku tetap membuka mulut dan menerima makanan yang disodorkan nya.

"Kenapa?" Tanyaku bingung.

Farhan tersenyum,

"Lo yang milih tempat, pasti lo udah kerja sama dengan pemiliknya." Sindir Farhan.

Aku tersenyum, mengerti arah pembicaraan Farhan.

"Perlu aku mencicipi semuanya?" Tanyaku santai.

"Oh, dengan senang hati." Ucap Farhan.

Aku pun mencicipi semua makanan yang tersedia,

"Aku baik-baik saja bukan?" Tanyaku.

"Ya gue mengantisipasi saja, siapa tahu lo taruh racun di semua makanan ini." Ucap Farhan mengejek.

"Sebuah trik murahan." Ucapku membalas mengejek Farhan.

"Murahan tapi mematikan bukan?" Balas Farhan.

Ya aku setuju dengan apa yang Farhan katakan,

"Baik langsung saja," Ucapku malas berbasa-basi lebih lama, lebih tepatnya tak bisa mengontrol emosi.

"Gue yang nyusun rencana buat rebut kafe lo, dan gue yang buat agar kafe itu terlihat bangkrut, jadi gue bisa kuasai. Mudah sekali menipu kalian yang katanya " Anak pintar "." Ucap Farhan mengerti maksudku.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang