Dia Cemburu?

3.5K 190 9
                                    

Pemberitahuan
1. Sejak awal cerita ini memang tidak punya gambar/foto tokoh. Sekalipun hanya sebagai perumpamaan, saya tidak mau mengambil foto orang lain.

2. Penulis hanyalah pemula

3. Penulis tidak menerbitkan tulisan di tempat lain.

4. Jangan lupa Vote dan Comment ya

5. Kisahnya di ketik di hp jadi kalau ada banyak typo, Mohon Maaf yang sebesar-besarnya.

###

Ilham POV

Aku kaget saat kata-kata itu yang keluar dari mulut orang ku anggap sebagai orang tua sekarang, aku tidak menginginkan ini. Aku memang mau membalas dendam terhadap Iqbal, tapi aku nggak suka semua terjadi terlalu jauh seperti ini. Aku sudah berusaha berbicara dengan orang tua ku agar menimbang lagi keputusannya, namun hasil nihil. Mereka lebih mengutamakan jauh lebih takut kehilangan segala yang mereka punya sekarang daripada kehilangan anak satu-satunya. Tak lama kemudian Iqbal keluar dari kamarnya, tak ku lihat rasa takut, khawatir dan cemas di wajahnya. Seolah dia sudah siap dengan semua keputusan ini, bi Minah pun ikut keluar dan memutuskan untuk ikut Iqbal. Namun ada yang lebih membuatku kaget, Iqbal memberikan semuanya. Semua fasilitas dan uang yang orangnya beri selama ini. Aku tahu dia bekerja sampingan, namun aku baru tahu kalau gajinya sangat cukup untuk kehidupannya selama ini. Tak lama, mereka pun pamit. Tak ada reaksi apapun dari orang tuanya. Aku hanya diam terpaku memandang punggung Iqbal yang terus menjauh, hingga tak sadari menghilang begitu saja.

"Aku akan mengejar mereka" Ucapku pelan,

Aku berusaha lari keluar rumah secepatnya, berharap tak kehilangan jejak mereka. Namun saat aku sudah di gerbang, aku tak menemukan apa-apa. Bahkan sekelabat bayangan pun tak ku lihat, kemana mereka? Apa Iqbal sudah mempersiapkan ini?

"Maaf, aku tidak berharap sejauh ini" Lirih ku.

###

Aku turun dari kamar untuk bergabung ke meja makan, namun aku lupa. Semua sudah berbeda, tak ada lagi makanan yang penuh di meja makan. Tak ada lagi orang yang bisa aku ganggu, tak lagi kebersamaan di meja makan.

"Ah, dia pasti sekolah" Gumanku bersemangat.

Aku mengambil uang yang orang tua sediain untuk membeli makan, lalu meluncur ke sekolah.

"Semoga baik- baik saja" Gumanku

Sesampainya di sekolah, aku berlari ke perpustakaan.

"Iqbal dan Anisnya mana?" Tanyaku pada makhluk jadi-jadian.

"Ih, mas ganteng. Sini dulu" Ucapnya.

"Iqbal dan Anis mana?" Tanyaku dengan nada meninggi.

"Tadi Anis ijin nggak masuk perpus dulu, Iqbal belum datang" Jawabnya datar

Aku pun berlari ke kelas, pasti Anis tahu sesuatu. Sampai di kelas, aku melihat Anis dan Adel sedang menangis.

"Iqbal mana?" Tanyaku sopan.

"Apa urusan lo?" Tanya Anis balik.

"Gue ada perlu" Jawabku singkat.

"Cari aja sendiri" Jawab Anis lagi.

Aku tahu akan mendapatkan jawaban seperti ini jika bertanya ke Anis.

"Adel, Iqbal mana?" Tanyaku semanis mungkin.

"Kita juga nggak tahu Ham, dia tadi malam di rumah Anis tapi pagi ini udah pergi" Jelas Adel

Ingin rasanya aku bertanya pada Anis, namun aku sadar Anis takkan menjawabnya. Akhirnya ku putuskan untuk menunggu, aku yakin Iqbal tak akan pernah meninggalkan sekolah. Namun ternyata aku salah, hingga bel berbunyi pun dia tidak muncul sama sekali.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang