Anis Hamil

2.9K 146 14
                                    

Iqbal POV

Tak terasa waktu terus bergulir, banyak hal yang terjadi selama itu. Aku sudah menerbitkan novel kedua ku yang mengangkat tentang kekuatan cinta, tentunya tidak mengganggu kegiatan akademikku, dan aku juga masih menyembunyikan identitasku sebagai penulis novel yang sedang viral itu. Aku juga sangat bersyukur, semester kemarin aku masih mempertahankan juaraku, tapi sayangnya sahabatku Anis tidak kembali ke tiga besar lagi. Padahal aku sangat yakin dengan kemampuannya. Toko yang Ibu kelola juga semakin maju, banyak orang yang bangga karena telah memesan jajanan dan catering di toko Ibu. Sementara ayah dan bunda masih belum bicara padaku, meski begitu aku masih sabar menunggunya. Satu hal yang aku sayangkan dari mereka, masi terpuruk dengan keadaan yang ada. Padahal kan mereka masih punya banyak peluang untuk kembali ke titik tertinggi, tapi ya sudah itu kemauan mereka. Aku nggak bisa memaksakan apapun, terlebih sekarang aku harus fokus pada ujian demi ujian yang akan ku lalui beberapa bulan lagi.

"Kamu mau mengaku?" Tanya bang Iqbal tiba-tiba.

"Mengaku apa bang? Aku nggak punya apa-apa yang disembunyikan." Ucapku santai, masih nyaman tidur dalam pelukannya.

"Dua novel yang viral itu punyamu." Bisikan bang Iqbal.

Aku tersentak kaget, aku mengira hanya Ilham yang tahu tentang novel itu, meski dia tidak punya bukti. Aku pun memikirkan satu hal,

"Kala nuduh tuh harus punya bukti." Ucapku santai.

"Kamu lupa profesi abang apa?" Tanya bang Iqbal.

Aku menyerah, memang dia polisi. Bukan hanya polisi biasa, lebih tepatnya pengintai.

"Terus kenapa?" Tanyaku menyerah.

"Tanda tangan dong, lagian cerita pertama itu tentang bang Iqbal kok. Iyakan?" Tanya bang Iqbal sambil menyerahkan dua novel.

Lagi-lagi aku terkejut, bagaimana dia bisa tahu aku mengangkat tentangnya.

"Yaelah bang, minta tanda tangan aja ribet." Elakku.

"Udahlah, abang tahu novel pertama itu tentang abang, kamu dan Anis kan?" Tanyanya menyelidik.

"Nih udah." Jawabku mengalihkan.

Dia hanya tersenyum padaku, tapi terlihat sedang menyelidiki ku. Aku pun menunduk.

"Kamu memang nggak bisa berbohong. Tapi Terima kasih ya." Bisiknya.

"Bang,,,." Panggil ku saat bang Iqbal menjauh dari kasur.

"Iya dan jangan kasih tahu orang lain." Bisikku

Bang Iqbal pun hanya tersenyum, lalu keluar rumah.

"Dia nggak nginap sini?" Tanyaku dalam hati.

Tak lama kemudian, dia kembali masuk.

"Abang hanya pergi mengamankan barang saja, abang tetap tidur dia ini kok." Ucapnya melihat aku yang terlihat khawatir.

###

"KYA, ada yang udah dapat tanda tangan penulisnya." Teriak Adel saat melihat foto di instagram nya.

Aku melotot pada foto yang ditunjukkan Adel, tanpa sengaja aku menyentuh profil pengupload.

"KYA, ini kan bang Iqbal." Ucap Adel lebih histeris.

Aku sebenarnya ingin marah dengan apa yang bang Iqbal lakukan, tapi sepertinya tidak ada yang menyadari bahwa itu tandatangan ku, hanya saja aku balik, bagian yang kanan kutulis di kiri, begitu pula sebaliknya.

"Sial dia jadi viral karena ini." Ucapku dalam hati, melihat foto yang bang Iqbal upload sudah di like 100K orang dan jumlah koment yang hampir sama juga.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang