Kehidupan Baru

3.8K 204 10
                                    


Pemberitahuan
1. Sejak awal cerita ini memang tidak punya gambar/foto tokoh. Sekalipun hanya sebagai perumpamaan, saya tidak mau mengambil foto orang lain.

2. Penulis hanyalah pemula

3. Penulis tidak menerbitkan tulisan di tempat lain.

4. Jangan lupa Vote dan Comment ya

5. Kisahnya di ketik di hp jadi kalau ada banyak typo, Mohon Maaf yang sebesar-besarnya.

####
Iqbal POV

Aku hanya menunduk mendengarkan ayah yang meluapkan emosi setelah sebuah kabar yang begitu cepatnya menyebar kemana-mana, sesekali aku mengangkat wajah dan menatap Ilham, dia terus tersenyum seolah telah memenangkan sesuatu.

"Jadi ulah dia?" Tanya batinku.

Tapi ya sudahlah, toh dia nggak mau mendengar penjelasanku. Jadilah semuanya seperti ini, salah paham dan balas dendam. Tak lama, ku dengar suara bentakkan dari ayah yang mengusirku dari rumah, akupun menerima keputusan ayah. Bukan karena aku takut dengan ayah, tapi karena aku ingin mengakhiri semua kesalah pahaman yang terjadi. Ku tatap wajah Ilham, dia sepertinya syok mendengar keputusan ayah, wajah yang tadinya tersenyum, kini berubah panik.

"Ini kunci Villa, kunci rumah, kunci kamar, kunci motor dan kunci mobilnya ada di Ilham" ucapku sambil meletakkan beberapa kunci.

Ku tatap wajah Ilham sekali lagi, dia terlihat sangat syok sekarang. Mungkin dia tidak menyangka bahwa aku menerima keputusan ayah. Aku pun berjalan ke kamar, membereskan semua barang-barangku. Ku edarkan pandangan ke seluruh kamar,

"Akan banyak rindu yang tercipta saat aku pergi nanti" gumanku.

Tak banyak yang ku bawa, hanya keperluan sekolah dan beberapa pakaian yang ku gubakan untuk bekerja nantinya. Aku pun berjalan ke ruang keluarga, ku pandangi lagi langit-langit rumah.  Sekilas terlintas kenangan-kenangan yang telah berlalu, tak terasa air mataku jatuh dengan sendirinya.

"Kalau Ibal diusir, bi Minah juga ikut keluar" suara bi Minah menyadarkanku.

Aku berusaha menghapus air mata, menatap bi Minah bingung.

"bi Minah sudah tidak punya keluarga lagi jadi bi Minah ikut dengan Ibal yang sudah bi Minah anggap seperti anak sendiri" ucapnya menjelaskan.

Aku kembali menangis, terharu dengan apa yang bi Minah ucapkan.

"Ini ATM, isinya sejumlah uang belanja Ibal, uang SPP, dan gaji bi Minah sejak Ibal SMP" ujarku sembari meletakkan ATM di meja.

Bi Minah memang tidak menggunakan gajinya sejak aku SMP, sebab sejak itu dia tidak punya keluarga atau tanggungan lagi. Dia bingung harus digunakan untuk apalagi gajinya itu, pada akhirnya dia menitipkan pada ATM ku.

"Ayo bi" ucapku pelan.

Aku dan bi Minah pun melangkah keluar dari rumah kebanggaan keluarga Mahendra.

"Bi Minah percaya padaku?" Tanyaku ragu

"Bi Minah sangat percaya sama Ibal" jawabnya mantap

"Bi Minah tidak apa-apa kalau harus hidup susah lagi?" Tanyaku

"Bi Minah udah terbiasa hidup susah, tapi bi Minah akan susah hidup tanpa keluarga" jawabnya mantap.

Kami pun berjalan meninggalkan rumah itu. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping kami,

"Masuk" perintahnya sesaat setelah menurunkan kaca mobil.

"Pak Rajasa?" Tanyaku kaget.

"Masuk" perintahnya tegas.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang