Cobaan apalagi ini?

3.3K 177 19
                                    

Hal-hal Author update lagi nih.
Author masih sibuk di Lombok, persiapan ke Bandung. Maaf ya telat update.
Oh iya jangan lupa Vote, Comment dan Share ya ceritanya

Iqbal POV

Setelah beberapa hari aku tidak masuk sekolah, akhirnya ku putuskan untuk masuk hari ini. Ada rasa bimbang dalam setiap langkah keluar dari rumahku, ada khawatir yang tak bisa ku hindarkan dari raut wajahku. Sebentar lagi, aku akan meninggalkan halaman rumahku. Namun, langkah ku semakin pelan dan semakin ragu.

"Jika kamu belum siap saat ini, saat lain juga kamu akan tidak siap nak. Hadapi saja." Ucap Ibu sambil mengusap pelan kepalaku.

Ah, andai Ibu memiliki anaknya sendiri, pasti beruntung anak itu. Terlebih Ibu bisa sekuat ini dalam menghadapi masalah. Aku merasa beruntung sejak kecil dibesarkan oleh pembantu yang ku panggil Ibu sekarang.

"Bukan belum siap, Ibal hanya sedikit ragu." Jawabku pelan lalu menundukkan kepala.

"Kenapa ragu? Kalau teman menjauhimu, masih ada Anis dan Adel yang setia padamu. Kamu tidak perlu banyak teman, yang perlu kamu lakukan adalah mencari teman yang siap untuk senang dan susah bareng." Nasehat Ibu.

Benar juga apa yang dikatakan Ibu, selama ini aku hanya berusaha yang terbaik untuk mendapatkan teman yang selalu ada. Aku membuang jauh-jauh rasa khawatir dan raguku, jika mereka menjauh bukan aku yang rugi. Toh aku tidak bermasalah dengan akademik ku, sehingga tak perlu khawatir.

"Udah siap istri abang?" Tanya bang Iqbal yang entah kapan datangnya, aku tidak menyadari saking lama melamunnya.

"Udah kita antar dulu Ibal." Jawab Ibu

Tanpa kata lagi, kami semua naik mobil bang Iqbal. Sesekali aku melirik bang Iqbal yang menyetir, senyumnya masih sama "manis". Dia terlihat seperti tidak memiliki beban sama sekali, hidupnya terlihat enteng.

" Kalau mau lihat ya lihat aja, jangan dilirik. Agak risih gitu." Ucap bang Iqbal menyadarkan ku.

Aku pun menoleh dan melihat wajahnya, senyumnya terus mengemban.

"Tumben nurut? Ada apa?" Tanya bang Iqbal.

"Bang Iqbal kalau punya masalah gimana?" Tanyaku ragu.

"Kalau punya masalah sepertimu? Enjoy aja sih. Hadapi dengan gentle aja. Ngapain dipikirin, mending bawa santai aja" Jawabnya aku tersenyum.

"Jawaban yang tidak diharapkan" Jawabku ketus.

"Maaf-maaf, tapi ya gitu. Setiap masalah itu tak perlu dipikirkan tapi dicari solusinya. Hidup itu udah susah, ngapain diper susah lagi?"

Benar juga, toh semuanya tidak membuat hidupku berakhir. Masalah itu selalu ada, tinggal bagaimana cara kita menyikapi bukan?

"Udah sampai." Ucap bang Iqbal yang sudah membuka pintu mobil

Kulihat Ibu juga keluar, sedang tersenyum padaku.

"Aku masuk dulu bu," Ucapku menyalami Ibu dan memeluknya erat.

Bukan, bukan karena aku khawatir lagi. Tapi aku hanya merasa beruntung Tuhan mengirimkan aku orang seperti beliau.

"Aku masuk dulu bang," Ucapku lagi lalu menyalami bang Iqbal.

Baru saja aku mau melangkah, bang Iqbal menarik tanganku. Dan

Cup,,

Sebuah kecupan mendarat di keningku, aku hanya diam tanpa kata.

"Semua akan baik-baik saja." Bisik bang Iqbal.

Aku pun melirik ke samping, ternyata ada banyak mata yang melotot melihat kejadian barusan. Ah, kesempatan nih.

Cup,,

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang