Maaf ya kemarin-kemarin author nggak bisa update, soalnya author lagi banyak pertemuan dan diskusi gitu. Trus ada sekedar lomba antar author gitu, jadi kita nantangin diri kita untuk mengupload satu subjudul cerita per hari.
Oh iya di subjudul ini ada bagian sex nya. Jadi bagi yang tidak suka bisa skip, tapi sex nya di bagian akhir sih.
Enjoy reading, 😘😘😘😘
####
Iqbal POV
"Udah bu, Ibak baik-baik saja." Ucapku saat melihat Ibu yang masih tampak khawatir.
Ibu menatapku ragu, tapi dia melepaskan juga.
"Ibal,,,, Ibal,,, kamu nggak apa-apa?" Tanya Ilham yang baru datang sambil berlari.
Aku hanya menakutkan alis, tidak percaya bahwa Ilham mengkhawatirkanku.
"Bukankah ini yang kau inginkan." Bisikku sambil tersenyum mengejek.
Ilham tidak peduli dengan apa yang aku katakan, dia terus memeriksa semua luka di tubuhku, memastikan tidak ada yang terlalu parah. Aku sendiri tidak mempermasalahkan dengan apa yang dia lakukan,
"Jangan berantam lagi." Ucapnya saat aku sudah berdiri.
"Apa urusanmu?" Ucapku sinis, tak suka diatur-atur.
"Itu menjadi urusanku, karena aku,,,, " Ucapnya menjeda, sedikit emosi.
"Karena apa? Karena apa hah?" Tanyaku menantangnya.
"Aku mencintaimu." Ucapnya dengan sangat pelan, tapi masih bisa terdengar.
"Apa? Gue nggak denger. Laki kok ngomong kayak cewek." Ucapku memancing dia untuk mengatakan lebih besar.
Hatiku sudah berdebar kencang saat dia mengatakan tadi, tapi aku tak mau langsung terlena dengan ucapan manis itu.
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu sejak saat kita bertemu kembali setelah berpisah lama. Aku hanya takut, aku takut kalau ayah dan bunda akan membenci dan mengusir ku karena perasaan ini,,,, " Ucapnya menjeda, lalu tertunduk.
"Aku selama ini berusaha untuk mendapatkan perhatianmu, tapi sepertinya kau lebih perhatian dengan polisi itu." Ucapnya sambil tertunduk.
Ingin rasanya aku loncat-loncat kegirangan mendengar apa yang dia katakan, tapi aku harus menjadi image ku di depan orang lain. Aku mengangkat dagunya,
"Sekarang kau masih takut diusir? Masih takut dengan ayah dan bunda?" Tanyaku sedikit lembut.
Dia tidak menjawab, air matanya terjatuh begitu saja. Hatiku terasa sesak saat melihat air matanya,
"Kalau kau takut pada Mereka, aku bisa membuat mereka takut padamu." Lanjut ku.
Dia menggeleng dengan kencang, tak terima dengan apa yang aku ucapkan barusan.
"Bagaimanapun mereka orang tuamu." Ucap Ilham.
Ilham pun berjongkok di depanku, lalu menggenggam tanganku dengan lembut.
"Kamu mau jadi pacar?" Tanyanya pelan.
Aku tak menyangka Ilham punya nyali untuk menembakku di depan semua orang.
"Kalau kita pacaran, siapa yang akan menjadi ceweknya Ham." Tanyaku berpura-pura menolak, jual mahal dikitlah.
Ilham terlihat memikirkan sesuatu, tak lama kemudian.
"Aku, aku yang akan menjadi cewek dalam hubungan ini." Ucapnya dengan yakin.
Aku tersenyum, aku tahu mengapa Ilham memilih dirinya menjadi cewek. Aku sangat yakin dia terpaksa memilih menjadi cewek setelah semua yang terjadi dan terlihat, dia pasti merasa tidak mampu mencari uang seperti ku. Aku juga yakin dia merasa belum mampu melindungi, sebagaimana aku bisa melindungi orang yang aku cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-gara Ilham (End)
Fiksi RemajaIqbal,anak pengusaha terkenal yang sangat populer dari kalangan pelajar SMA Harapan. Tidak, Iqbal tidak memanfaatkan ketenaran orang tuanya untuk mendapatkan semua ini, tapi dia berjuang dari awal yang ujungnya berbuah manis. Dia sangat pintar, bahk...