Happy reading!
Jangan lupa vote-nya😉.Hari ini Nala berangkat lebih awal. Sekolah masih dalam keadaan sepi. Hanya beberapa guru piket yang mungkin sudah standby di sini.
Sengaja, agar Alfa tak selalu menunggu dirinya. Lagipula dia juga bisa jalan tanpa harus mengendarai motor. Anggap saja olahraga pagi.
Dia kira baru dia saja yang ada di kelas, ternyata Fandi juga sudah berada di sana ketika Nala membuka pintu. Sebisa mungkin dia berusaha bersikap seperti biasa, meskipun sangat risih dengan tatapan Fandi.
"Tumben berangkat sendiri. Pahlawannya mana?" Pertanyaan yang tak diinginkan dilontarkan sepagi ini. Sekali-sekali berikan makanan atau apa gitu, setidaknya menjadi santapan pagi.
"Lagi berantem, ya?" lanjut Fandi yang mendekat karena tak ada jawaban dari Nala.
"Bukan urusan lo!" sahut Nala mulai merasa gugup karena hanya berdua dalam kelas. Itupun dengan laki-laki.
"Santai aja kali. Gue juga cuma mau ngomong sesuatu sama lo. Penting," ujar Fandi berusaha meyakinkan.
Memangnya apa yang mau dibicarakan? Esran? Atau Alfa?
"Ya udah. Ngomong aja, gak usah deket segala," protes Nala yang beranjak menuju kursi lain. Akan terasa aneh jika berdua dalam kelas dan duduk berdekatan.
"Sampe kapan lo gak peka sama gue, Nal?"
What? Peka untuk apa? Bukannya Nala sudah peka kalau Fandi itu memang mau menjelekkan nama baiknya hanya demi Esran!
"Gue itu suka sama lo!" Perkataan Fandi dipertegas. Nala hanya menyangka-nyangka jika Fandi sedang kerasukan.
"Jangan ngawur, deh!"
"Gue beneran, Nal. Gue udah lama suka sama lo. Bukannya kita berdua lebih cocok daripada lo sama Bang Esran ataupun Alfa?"
"Lo ataupun gue! Aku ataupun kamu! Aku tetap pilih Alfa." Dia mengatakan sesuai yang ada di hatinya tanpa berpikir lagi.
"Aku ataupun kamu! Lo ataupun gue! Kita bisa coba sama-sama, Nal." Berusaha meyakinkan justru Nala berdesis tak suka.
"Kau dengan abangmu itu sama aja! Berengsek!"
Saat akan pergi tangannya digenggam erat oleh Fandi.
"Gue suka sama lo. Gue janji, gue bakal buktiin kalau gue sayang sama lo Nal."
"Sudah ngobrolnya?" Tiba-tiba suara seorang pemuda dari ambang pintu menyambar di antara percakapan mereka. Iya! Pemuda itu Alfa, pemuda yang sudah mendengar semua percakapan barusan.
"Lo gak usah ikut campur!"
"Kenapa aku dilarang untuk ikut campur, hah?!" Alfa mulai naik pitam.
"Lo itu gak pantes buat Nala."
"Lo juga udah denger dari orang lain, kan."
"Apalagi lo itu cuma bisa pakai logat aneh. Aku, kamu. Hahah, lebay!" Nada mengejek terdengar jelas membuat telinga siapa saja yang tersinggung memanas.
"LO PIKIR CUMA LO YANG BISA PAKAI KATA-KATA LO GUE, BEGITU!"
Alfa menatap dengan tatapan kemarahan. Kehadiran Ayu, Yunita dan Sari saja tak dihiraukan. Langkahnya semakin dimajukan hanya untuk mendekati Fandi.
"LO YANG GAK PANTES BUAT NALA!" Tangan Alfa yang terkepal mengalirkan darah di sudut bibir Fandi.
"ALFA!" Nala terkejut tak menyangka dengan perbuatan itu.
"Kamu apa-apaan, sih? Yang kamu lakuin itu gak wajar!" tambah Nala.
"Kenapa, Nal? Dia salah, dia bilang suka sama kamu padahal dia itu yang udah jelekkin nama baik kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Yang Terluka [END]
General Fiction[Biasakan follow sebelum membaca] Luka? Cukup di masa lalu kau datang! Berhenti mengusik, biarkan masa itu berlalu tanpa membebani masa depan yang menjadi harapan. Kecerobohan Nala membuatnya terjerumus dalam luka yang sampai sekarang tak mengizinka...