"So? Will you marry me?"
Sekarang Nala tersipu malu. Tapi hanya untuk menjawab 'yes atau iya' saja seakan sulit.
"Tidak," ucap Nala mengejutkan Alfa. Bahkan Nala berusaha menyembunyikan tawanya yang ditahan ketika melihat ekspresi di wajah Alfa.
"Maksudku, tidak mungkin kutolak," tambah Nala tak mau membuat Alfa justru kecewa.
"Mau menikah denganku?" tanya Alfa mengabaikan yang tadi dengan tatapan serius.
"Al, kamu udah--"
"Menikah?"
"Al--"
"Menikah?"
"Iya Alfa," pungkas Nala menunjukkan sederet giginya. "Aku mau menikah denganmu."
Alfa meraih lengan Nala, menyematkan cincin di jari manis milik Nala. Alfa sendiri tidak tahu apakah pas dengan jari Nala. Tapi ternyata sangat pas.
"Indah," gumam Nala menatap cincin yang sudah ada di jarinya.
"Aku mencintaimu," ucap Alfa mendekat ke wajah Nala.
Semakin dekat sampai Nala menahan nafasnya. Kemudian Alfa memiringkan wajahnya.
Cupp ....
Alfa menempelkan bibirnya tepat di bibir mungil Nala. Bagi Alfa ini adalah hal yang dilakukan pertama kali dengan seorang gadis. Bahkan walaupun ia tahu bahwa ciuman pertama gadis di depannya ini sudah diambil orang lain.
"Jangan jatuh cinta selain kepadaku."
Drrttt ... drrtt ....
Handphone Nala berdering. Setelah melihat nama yang tertera di layar Nala langsung mengangkatnya.
"Halo?"
"...."
Nala dibuat tercengang mendapat kabar dari salah satu polisi.
"Siapa? Apa katanya, Nal?"
"Randi dilarikan ke rumah sakit. Dia sempat hilang dan ditemukan sudah berada di atas gedung tertinggi rumah sakit," jawab Nala menerawang jauh. Dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Sekarang kita harus ke sana! Rumah sakit tidak jauh dari sini."
***
"Semesta! Kenapa kau tidak menakdirkan kami bersama? Kenapa saya tidak bisa bahagia dengan seorang wanita yang saya cintai? Kenapa?!"
"Nala. Saya berdiri di sini, di atas sini. Di manapun kamu berada, saya hanya ingin mengatakan kalau saya mencintaimu lebih dari apapun!"
Randi memekik di tengah paniknya orang-orang yang berada di bawahnya. Membiarkan dirinya diterpa angin dan berada di ketinggian yang akan membunuhnya jika ia melompat.
Nala dan Alfa baru saja sampai. Alfa panik, tapi Nala hanya memasang raut wajah datar. Melihat wajah lelaki itu mengingatkannya sang ayah yang terbaring bersimbah darah. Dan sekarang tidak bisa lagi dia tatap ataupun didekap.
"Saya bosan, saya muak, saya benci memikirkanmu di dalam sel penjara hanya demi membuatmu yang tidak mungkin menjadi milikku bahagia."
"Saya tidak sanggup. Mungkin dengan cara saya mati, saya bisa selesai memikirkanmu tanpa harus berada di dalam jeruji itu."
"Sekali lagi, saya mencintaimu, Nala." Randi merentangkan kedua tangan, bersiap menjatuhkan dirinya.
"Aku tidak mencintaimu, Randi," gumam Nala melihat ke tubuh Randi yang terjatuh dari atas.
Semuanya gempar melihat Randi benar-benar jatuh dengan tubuh yang terpisah. Tangannya sebelah terpisah, kakinya memperlihatkan tulang putih bercampur darah. Wajahnya sudah tidak berbentuk. Darah mengalir deras pada setiap luka yang ada.
"Sebegitukah kau mencintai wanitaku selama ini, Randi? Apakah harus seperti ini akhirmu untuk melihat Nala bahagia? Terima kasih sudah menjaga bidadariku, tapi maaf, aku tidak bisa menyerahkannya kepadamu," ucap Alfa dalam hatinya, untuk Randi.
"Kau sudah memilih jalan yang salah, Randi. Ini adalah pilihan terakhirmu yang sangat salah dalam mencintaiku. Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan kepadaku, kantormu akan kuurus setelah ini. Tapi maaf, aku tidak bisa memberi cinta yang kau harapkan," ucap Nala dalam hati, untuk Randi.
***
Setelah kesulitan yang datang bertubi-tubi, suatu hari kebahagiaan lah imbalan bagi yang tidak berputus asa.
Semenjak pernikahan, Nala sudah tidak lagi melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter, terlebih Alfa mengkhawatirkan kandungan istrinya.
Tidak ada pekerjaan di rumah, maka satu-satunya pekerjaan yang dilakukan hanyalah menulis masa-masa yang paling dikenang di masa lalu.
"Hmm, sudah selesai menulisnya?" tanya Alfa membawakan makanan untuk istri tercintanya.
"Sudah."
"Boleh aku lihat?" Alfa mengulurkan tangannya setelah menaruh nampan di atas meja. Meraih buku yang sejak tadi asyik dihiasi dengan tulisan Nala.
"Waaahh, ada namaku," ucap Alfa dengan kagum.
"Kau tidak menulis untuk anak kita di dalam perut ini?" tanya Alfa mendekatkan kepalanya di perut yang masih rata itu.
"Nanti sesudah lahir akan aku tulis di lembaran baru," jawab Nala menyentuh kepala Alfa.
Iya, lembaran baru setelah lembaran lama yang terukir sedikit tak menyenangkan.
"Semoga saja, anak-anak kita tidak merasakan apa yang kita rasakan."
END
Hu'um. Terima kasih yang sudah membaca sejauh ini. Gak nyangka sudah tamat.
Oh, ya. Aku udah siapin cerita dan udah lebih dari 10 part. Bakal dipublish kalau Masa Lalu Pernikahan 5 part lagi end.
Sekali lagi terima kasih untuk kalian yang sudah membaca sejauh ini😊. Walaupun gak banyak.
Maaf kalau endingnya gak seperti yang kalian harapkan.
Sampai jumpa di cerita berikutnya yang bakalan aku buat sad ending.
Saya akhiri, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi Yang Terluka [END]
General Fiction[Biasakan follow sebelum membaca] Luka? Cukup di masa lalu kau datang! Berhenti mengusik, biarkan masa itu berlalu tanpa membebani masa depan yang menjadi harapan. Kecerobohan Nala membuatnya terjerumus dalam luka yang sampai sekarang tak mengizinka...