Part 18 : Cintaku itu Nyata

33 24 8
                                    

Happy reading, readers!
Jangan lupa vote-nya, yak.

Suasana mulai ricuh ketika Alfa membopong tubuh Nala menuju ruang UKS, diringi oleh Ali dan Sista. Semua siswa begitu heran apa yang terjadi dengan Nala. Bahkan ada yang berdecak sebal karena Nala yang berada di pelukan Alfa.

"Ayo masuk, Al." Sista yang merupakan anggota PMR memerintahkan Alfa untuk masuk dan membaringkan Nala pada tempat yang sudah disediakan.

"Cepat ambilkan minyak," titah Sista pada temannya yang lain sembari menggosok tangan Nala yang dingin.

"Al, kita nunggu di luar aja," ajak Ali yang juga berada di dalam.

"Ayo," ajaknya sekali lagi pada pemuda yang terlihat enggan untuk jauh dari Nala.

Baru bergerak keluar selangkah, seorang siswa datang mengatakan bahwa Alfa dipanggil ke ruang BK.

"Ali, gue titip Nala."

"Iya, Al. Jangan lupa beliin gue pempeknya Bu Rika, ya."

Walau dalam keadaan genting, Ali masih tetap memikirkan makanan. Bukan hanya dengan Alfa, dengan Sista dan Nala pun sering. Tapi perbedaannya jika ia bersama Nala, maka dialah yang membayar. Jika ada Alfa, ia hanya mengeluarkan sedikit uang atau bahkan tidak.

Pahlawan kesiangan datang menjenguk Nala di UKS setelah mendengar kabar pembully-an dalam kelas. Siapa lagi kalau bukan Fandi? Pemuda yang menjadi alasan fitnah Nala tersebar, mencemarkan nama baik, dan sekarang justru mengatakan cinta pada Nala.

Bulshit!

"Nala gimana, Sis?" tanya Fandi dengan nafas tersengal-sengal. Entah apa yang terjadi dengan laki-laki satu ini.

"Lo itu buta atau pura-pura gak liat?" jawab Sista, tak suka dengan perhatian Fandi terhadap Nala.

"Namanya aja khawatir, Sis."

"Heleh. Pahlawan gadungan ternyata bisa khawatir," remeh Ali.

Fandi diam saja. Kalau saja bukan di UKS mungkin saja dia sudah mengajak Ali untuk berkelahi saat ini juga.

"Nala sadar," seru Sista saat melihat Nala mengerjap pelan.

"Alfa," lirihnya perlahan membuka mata. Kepalanya terasa berat, tubuhnya begitu ngilu.

"Pempek pempek," seru Ali menarik perhatian semua yang ada dalam UKS. Tentu hal ini membuatnya salah tingkah.

"Maksudnya, Alfa lagi beli pempek, hehe," kekehnya mendekat. Menarik Fandi menjauh dari sana. Sedangkan Ali menggantikan posisi itu.

Nala berusaha bangun, apalagi jika bukan untuk mengabaikan ngilu di badannya.

"Alfa beneran beli pempek?" tanya Nala curiga.

"Iya iya iya. Alfa lagi beli pempek segudang. Eh, maksudnya sekantong."

"Nala tenang, Alfa gak akan kemana-mana kok. Paling-paling nyangkut di hati Bu BK."

Upss! Ali keceplosan. Seharusnya ia tidak mengatakan hal itu. Ini pasti gara-gara pikirannya dipenuhi khayalan pempel segudang.

"Bu BK? Alfa masuk ke ruang BK?" Perkataan Ali semakin membuat curiga.

"Sebenernya Nal, Alf--"

Sebelum Fandi melanjutkan, Ali langsung membekap mulut itu. Pahlawan gadungan ini tidak boleh membuat Nala shock, apalagi Nala baru saja sadar.

"Nala sayang alias sahabatku tercinta di sejagat raya SMA Negeri 1 ini yang tidak akan pernah digantikan oleh siapapun, aku menyatakan bahwa Alfa-mu sedang membeli pempek di kantin Bu Rika," gemas Ali tak tahu lagi harus mengatakan apa.

Mimpi Yang Terluka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang