Haiii
•••
•••
•••
Meskipun sudah menikah, secara keseluruhan kebiasaan Haechan tidaklah berubah. Dia masih manja. Dia masih suka merengek. Dia masih suka merajuk dan cengeng karena dia masih menangisi hal-hal yang sepele menurut Mark. Satu hal lagi. Dia masih melangkah keluar kamar dengan mata terpejam ketika bangun tidur. Masih mencari susu kesukaannya.
Seperti pagi ini. Hanya saja dia tidak langsung menuju kulkas dan malah memeluk tubuh Mark yang berdiri di balik pantri. Mengecup sekali punggung lebar itu dan menempelkan wajahnya disana.
"Selamat pagi kesayangan~" sapa Mark tanpa melepas kesibukannya dengan masakan.
"Pagi Minhyungie~" balas Haechan dengan suara lembut mendayu.
"Apa tidurmu nyenyak? " tanya Mark.
"Sangat nyenyak. Hingga aku melewatkan sarapan" jawab Haechan membuat Mark terkekeh.
"Maafkan aku ya. Apa masih sakit? " tanya Mark mematikan kompor lalu berbalik menghadap Haechan dan menghadiahinya sebuah kecupan.
"Ish! Kenapa harus bertanya kalau sudah tau! Dasar menyebalkan! " kesal Haechan memukul kuat dada Mark.
"Sakit sayang~"
"Jangan berlebihan. Bokongku lebih sakit"
"Maafkan aku. Mau aku obati? " tanya Mark sembari menarik Haechan ke dalam pelukannya. Dunianya. Rasanya berbeda sekali sejak mereka tinggal berdua di apartemen mewah hadiah dari orangtua mereka.
"Ish tidak mau! " tolak Haechan meronta dalam pelukan Mark. Mark terkekeh dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa Haechanie-ku semakin menggemaskan? " seloroh Mark menjatuhi pipi berisi Haechan dengan kecupan-kecupan.
"Hyung~ berhenti menciumku... Aku lapar~" rengek Haechan.
"Baiklah. Apa adik bayi juga lapar? " tanya Mark menyingkap kameja kebesaran Mark yang dipakai Haechan dan langsung mengelus perut datar itu.
"Ish! Adik bayi apanya?! Aku tidak hamil!" kesal Haechan memukul tangan Mark dan duduk di kursi meja makan.
"Tapi kemarin kau muntah-muntah sayang... "
"Aku hanya masuk angin dan hyung, aku ini laki-laki. Laki-laki tidak hamil dasar menyebalkan! " Haechan kesal. Ya kesal. Sedari pagi kemaren Mark selalu membahas tentang dirinya yang hamil. Dia laki-laki dan tentu saja tidak bisa hamil. Jika ingin punya anak, kenapa tidak menikahi perempuan saja?
"Kan keajaiban tidak ada yang tau... "
"Aku tidak akan pernah hamil. Aku ini laki-laki. Kalau Minhyungie menginginkan seseorang yang bisa hamil, kenapa tidak menikah dengan wanita saja? Kenapa menikahiku? Aku tau kau menginginkan keturunan. Tapi maaf aku tidak bisa memberikannya. Maaf aku terlahir tidak sempurna. Maaf aku yang terlahir sebagai laki-laki ini tidak bisa memberikan apa yang Minhyungie inginkan... " Haechan terisak. Dia bangkit dari duduknya dan meninggalkan Mark disana.
Mark menatap kepergian Haechan dengan rasa bersalah. Dia tidak bermaksud seperti itu. Haechan adalah hadiah terindah dari Tuhan yang pernah diterimanya. Jadi dia tidak pernah mempermasalahkan bagaimanapun diri suami kecilnya.
Hingga rasa bersalah Mark semakin mencuat saat menemukan Haechan tak sadarkan diri di kamar mandi. Dia tak dapat berpikir hal lain selain membawa Haechan ke rumah sakit. Menunggu dengan cemas di luar saat sokter memeriksa keadaannya.
Bahkan Mark langsung berdiri saat pintu ruang periksa itu terbuka. Dia menemukan dokter itu tersenyum disana.
"Bagaimana dokter? " tanya Mark dalam cemasnya.
"Ayo kita bicarakan di dalam" ajak dokter itu mengajak Mark masuk ke dalam. Di dalam Mark menemukan suami kecilnya yang masih terbaring lemah belum mebuka mata.
"Jadi bagaimana dokter? " tanya Mark lagi.
"Selamat tuan, suami anda hamil. Usianya sudah satu minggu... " ucap dokter itu.
"A-pa? Ha-hamil? "
Dan Mark bahkan mengabaikan dokter yang terus bicara dalam keterkejutannya. Saat dokter itu keluarpun Mark tak bergeming dan terus menatap tak percaya suami kecilnya.
"Haechanie... " gumam Mark dan menggapai tangan Haechan dan menggenggamnya.
Cukup lama bagi Mark menunggu Haechan terbangun. Hingga suara lenguhan kecil itu menyadarkannya dari senyum idiot miliknya yang tak pernah lepas sejak satu jam yang lalu.
"Ughh...Minhyungie? "
"Sayang? Kau sadar? " Mark lantas memeluk tubuh ringkih itu.
"Ugh kenapa aku di rumah sakit? " tanya Haechan setelah Mark melepas pelukannya.
"Tidak ingat? Kau pingsan di kamar mandi. Aku sebenarnya ingin marah karena kau melewatkan sarapan dan makan siang untuk adik bayi"
"Adik bayi apa? Aku tidak hamil Minhyungie... "
"Katakan itu pada dokter yang memeriksamu"
"Apa maksudnya? "
"Kau hamil sayang... Disini. Di perut kecilmu ini ada buah cinta kita" ucap Mark mengusap dengan sayang perut Haechan yang masih rata.
"Mark Lee, jangan bercanda! "
"Aku tidak bercanda. Kita bisa periksa lagi kalau kau tidak percaya... "
"A-aku hamil? " tanya Haechan menyentuh perutnya dengan mata berkaca.
"Ya dan terimakasih sayang. Kau membuat hidupku sempurna... " ucap Mark memeluk Haechan.
Haechan mengajak Mark berbaring di sampingnya. Berbicara mengenai hal random. Bahkan mengajak bicara anak mereka yang masih berbentuk gumpalan.
"Minhyungie... "
"Ya sayangku? "
"Bagaimana caraku melahirkan nanti? Adik bayi akan keluar darimana? " tanya Haechan menatap Mark dengan mata berbinarnya.
"Apa adik bayi akan keluar dari tempat yang sama saat kita memasukannya? Tapi apa itu akan muat? Adik bayikan besar. Kalau robek dan berdarah banyak bagaimana? Aku tidak mau! Punya hyung saja sudah sakit. Apa lagi kalau di lewati adik bayi" Haechan berceloteh panjang tentang bagaimana dia akan melahirkan nanti.
"Kan bisa melalui operasi sayang... "
"Mereka harus membelah perutku begitu? Shireo! Aku benci pisau bedah!"
Dan Mark membuka dan menutup mulutnya bingung harus menjawab apa. Jalan satu-satunyakan memang hanya operasi. Kalau tidak dioperasi, lantas Haechan ingin melahirkan normal begitu?
Apa Haechan berpikir anak mereka kotoran?
•••
•••
•••
-Kkeut-
Heiiiii...
Haechannya udah hamil. Emang tokcer sekali bapak Mark Lee ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Haechan [Markhyuck].[END].
FanfictionRemake! Lee Haechan seorang siswa baru di Neo High School mendadak menjadi sorotan setelah digandeng sepanjang koridor sekolah oleh Johnny si kapten basket dan tambah menjadi sorotan ketika Mark Lee si dominan yang paling diinginkan memanggilnya sa...