BAGIAN 2

62 18 6
                                    

Sesederhana itu bahagia, tak perlu sesuatu yang luar biasa. Ketika aku memiliki sahabat sepertimu, maka sudah tak pantas lagi aku untuk bersedih. Karena kamulah orang yang akan selalu menghiburku.

-Amanda Talitha

•••

Suara siswa SMA Nusa Bangsa siang itu ramai. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju lobby dan melaju pulang kerumah masing-masing.

Namun tidak seluruhnya pulang kerumah. Terkadang ada yang merencanakan main kerumah temanya, ada yang akan mengerjakan tugas secara kelompok, dan tak jarang pula ada yang merencanakan untuk main bersama pacarnya. Tentunya untuk kenyataan ketiga itu sudah tidak asing lagi didengar oleh kalangan remaja SMA.

Kini pemandangan jauh berbeda dengan dua gadis yang masih duduk manis dikursinya. Manda dan Ghea masih diam tak beranjak sedikitpun dari kursinya. Hanya saja buku dan alat tulis sekolahnya sudah dimasukkan kedalam tas masing-masing.

Ghea diam sejenak menatap wajah Manda yang nampaknya sedang malas untuk pulang kerumah.

"Kenapa lagi kamu Man? Kayaknya males buat pulang." Pertanyaan Ghea itu memecahkan keheningan yang tercipta sejak beberapa menit yang lalu. Namun tak kunjung mendapat jawaban dari Manda, malah Manda semakin menutup rapat-rapat mulutnya enggan berbicara.

"Kamu masih anggep aku sebagai sahabat kamu kan?" Kini pertanyaan kedua Ghea lontarkan. Namun tak kunjung juga mendapat jawaban dari Manda. Bedanya Manda malah memilih menyibukkan dengan ponselnya.

Ghea mendengus, ia sangat memahami bahwa Manda itu pasti sedang tidak baik-baik saja. Berbagai kemungkinan muncul di pikiran Ghea, namun kemungkinan yang paling besar adalah Manda kembali dibuat kesal oleh ayahnya. Namun itu baru kemungkinan, Ghea tak tau kebenaranya.

"Kalo kamu mau pulang, pulang aja" Akhirnya Manda memulai bicara, meskipun bicaranya untuk memberikan kode bahwa ia ingin sendiri, namun tak diiyakan oleh Ghea.

Ghea itu adalah tipe sahabat yang tak bisa tenang melihat Manda terlihat diam tanpa alasan. Pasti ada penyebabnya, dan selama hampir 4 tahun lebih mengenal Manda, membuat Ghea terlalu paham Manda. Bukan tak jarang bahwa emosi Manda yang naik turun itu pasti karena ayahnya.

Meskipun tak pernah melakukan perlakuan fisik kepada Manda, namun setiap ucapan dari ayahnya itu selalu membuat Manda tak terima. Luka lama yang belum kering sempurna sontak hadir.

"Ayah kamu mau pergi ke rumah nenek dikampung? Trus ibu sama adik kamu diajak? Dan lagi-lagi kamu harus sendirian?" Ghea memberanikan menebak apa yang menyebabkan Manda malas untuk pulang, tak disangka ternyata dugaanya benar. Manda akhirnya mengangguk juga.

Ghea menghela nafasnya sekejap sambil memutar otaknya untuk membuat sahabatnya ini tak merasakan kesepian.

"Kapan keluarga kamu pergi?" Tanya Ghea lirih.

"Besok" Nampaknya suara Manda terdengar lirih.

"Hmmm.. kalau gitu besok aku nginep dirumah kamu, aku bakalan bawa cemilan yang banyak terus kita nonton film dirumah kamu. Aku tidur bareng kamu, dan dijamin ngga ada lagi yang namanya kesepian." Cerocos Ghea mengutarakan rencananya besok. Itu semua ditujukan agar Manda tak merasa kesepian di rumah sendirian.

One ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang