Aku baik-baik saja!
-Ghea
•••
Waktu pengerjaan ujian telah usai, dan Deva yakin dengan jawabanya. Kini Deva beranjak dari kursi dan melangkah meninggalkan kelas ujian.
"Akhirnya selesai jugaa!" Gumam Deva sambil terus berjalan.
Ketika Deva akan berbelok menuju lobby, ternyata sudah ada Rarra didepanya.
"Hai Dev!" Sapa Rarra lembut.
Deva menghela nafas. Sebenarnya malas sekali jika harus bertemu dengan Rarra. Namun apa boleh buat? Deva dan Rarra satu sekolah, satu angkatan pula. Maka kemungkinan besar setiap hari Deva harus mau bertemu dengan Rarra.
"Aku buru-buru" Kata Deva tak mempedulikan Rarra.
"Eh aku mau bilang sesuatu..." Rarra menghalangi jalan Deva, kini Deva menghentikan langkahnya dan mengalah untuk Rarra.
"Ngomong apa?" Tanya Deva ketus.
"Aku ngga tau kenapa dulu kita pernah pacaran. Aku kira perasaan kamu ke aku itu serius, dan kita bakal sama-sama sampai selamanya. Namun ternyata aku salah. Aku pula yang terlanjur suka ke kamu, Dev. Tapi... Nyatanya perasaan kamu cuma sesaat." Ucap Rarra berkaca-kaca.
Sepertinya Rarra memang benar menyukai Deva. Apapun caranya, tidak ada yang berhak untuk dekat dengan Deva, kecuali Rarra sendiri.
"Iyaa terus kenapa?" Tanya Deva datar.
"Aku ngga masalah kok, kamu ngga bisa jadi milik aku lagi. Tapi orang lain juga ngga berhak buat milikin kamu. Apalagi si Manda." Mata Rarra berubah menjadi tatapan sinis ketika mengucapkan nama Manda.
"Terserah kamu lah, Ra!" Kata Deva sudah tak ingin menanggapi apapun.
Rarra terua menatap mata Deva. Tatapanya menyiratkan luka namun enggan untuk ia tunjukkan. Rarra hanya dikuasai oleh ego memiliki Deva, hingga akhirnya ia harus mau berubah menjadi jahat demi Deva tak menjadi milik siapapun.
"Dev..." Panggil Rarra memelas namun tak dihiraukan oleh Deva.
Deva mencari celah untuk pergi, hingga akhirnya bisa juga. Ia melangkah menuju parkiran motor siswa.
Rarra menatap kepergian Deva. Untuk kesekian kalinya Deva tak menganggap Rarra ada.
"Sebentar lagi, Manda benar-benar akan menjauh dari kamu, Dev!" Ucap Rarra sendirian.
Rarra berjalan menuju tempat yang ia tuju. Gudang kosong belakang sekolah. Ia berjalan sambil mematangkan rencana.
•••
Jam menunjukkan pukul 3 sore. Manda sudah siap karena sore ini ada janji dengan Ghea di taman.
"Udah ngga sabar banget ketemu sama Ghea. Kepo banget sama apa yang mau dia omongin." Ucapku sambil terus berjalan menyusuri jalanan kota.
Jarak antara taman dan rumah Manda lumayan jauh. Namun Manda lebih memilih untuk jalan kaki karena dapat menyehatkan badan. Bukan hanya itu saja, Manda lebih senang berjalan karena ia dapat menikmati perjalanan sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Teen FictionSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...