BAGIAN 3

42 16 3
                                    

Kembali aku melihat diriku, aku lelah akan kesepian. Ada sesuatu yang aku rindu, rindu untuk jatuh hati pada seseorang. Agar dapat aku jadikan sandaran, dan rumah paling nyaman untuk berbincang.

-Amanda Talitha

•••

Semenjak kejadian ayah Manda ingin menamparnya, Manda semakin membenci ayahnya. Meskipun pas di kejadian ia seolah tak peduli, namun sesampainya dikamar justru ia menumpahkan segala kebencianya. Air mata ia jatuhkan terus menerus. Manda tak ingin menerima takdir seperti ini.

Statusnya mempunyai ayah namun ia tak mendapatkan kasih sayang yang tulus dari ayahnya.

[Beberapa tahun lalu]

Mata Manda membulat sempurna ketika melihat ibu bersama lelaki yang sama sekali belum pernah ia lihat. Manda tak pernah mengenali lelaki itu, namun malam itu ibunya malah bergandengan dengan lelaki yang entah siapa namanya.

Senyum ibu seolah bahagia bersama lelaki disampingnya, dibawanya lelaki itu mendekati Manda yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Sekarang kamu bisa panggil laki-laki yang ada disebelah ibu ini dengan sebutan ayah.." Ibu mengucapkan demikian, Manda tak percaya.

"Maksud ibu?" Tanya Manda mencoba mencari jawaban dari yang ia pikirkan bahwa ia akan mempunyai ayah baru.

"Iyaa, kamu punya ayah baru. Om Reno namanya. Sekarang kamu udah bisa panggil Om Reno dengan panggilan ayah." Ibu menjelaskan demikian. Senyumnya tampak sumringah.

Dilihatnya lelaki yang katanya akan menjadi ayah Manda itu, matanya juga nampak bahagia.

Namun tunggu, Manda tak bisa menerima. Kapan ia merestui ibunya untuk menikah? Ini kok ada laki-laki entah siapa identitasnya masuk kedalam keluarganya. Manda benar-benar tak percaya. Harus diakui bahwa ibunya tak menganggapnya sebagai anak, karena menikah tanpa persetujuan dari anaknya.

Kini ibu duduk di sebelah Manda, sedangkan lelaki itu masih berdiri menatap Manda.

"Kamu punya ayah, kamu akan seperti anak yang lain. Tumbuh dengan kasih sayang orang tua yang lengkap, kasih sayang ibu dan ayah." Ibu mencoba untuk memberi penguatan pada Manda. Namun Manda masih tak mau menerima.

Manda berdiri dari sofa, lalu menatap wajah laki-laki yang kini menjadi ayahnya. Tatapanya datar, sorot matanya tak pernah ada penerimaan. Ia berlari menuju kamarnya, dan menutup keras pintu kamarnya hingga terdengar bantingan pintu di telinga  ibu dan ayah tirinya.

Dalam kamar Manda menangis sejadi-jadinya. Ia duduk didepan meja belajarnya dan menatap album foto milik keluarganya. Di album tersebut terdapat fotonya bersama ayah dan ibunya, tentunya ayah itu adalah ayah kandungnya. Namun ayah kandung yang begitu Manda sayangi harus pergi meninggalkanya, kala Manda duduk dikelas 4 SD ia harus menyaksikan pertengkaran orang tua berujung dengan perceraian. Terdengar jelas suara ayah bahwa kala itu lebih memilih wanita barunya dibanding ibu sebagai istri pertamanya. Begitu menyakitkan bagi Manda, apalagi bagi ibunya.

Namun Manda tak pernah memiliki alasan yang pas untuk membenci ayahnya meskipun sudah ditinggalkan. Baginya ayah adalah pahlawan dan sampai saat ini ia masih merindukan sosok itu. Manda tak pernah bisa berhasil untuk melupakan, sosok ayah baginya sangat berarti sampai ia tak peduli bagaimana perasaan ibunya jika mengetahui putrinya masih merindukan lelaki tak punya hati itu.

One ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang