Jika aku gagal menjadi milikmu seutuhnya, orang lain juga sama sekali tak berhak untuk menjadi milikmu seutuhnya.
-Rarra Radintya
•••
Malam sunyi menemani Rarra saat ini. Ia duduk didepan cermin kamarnya. Ia menatap pantulan bayangan yang muncul pada cermin itu, sempurna.
Manik mata hitam lekat, rambut sepanjang bahu dengan ujungnya yang sedikit ikal, bibirnya tipis membuat lengkung ketika tersenyum begitu cantik. Lalu apa yang kurang dari Rarra?
Sejak beberapa hari yang lalu Rarra tak berani menghubungi Deva. Begitupun Deva sama sekali tak pernah mencoba menghubungi Rarra hanya sekedar menanyakan 'sedang apa?' atau 'sudah makan atau belum?'. Nama Deva di roomchat milik Rarra lenyap seketika.
"Apa mungkin Deva bakalan mutusin aku?" Rarra bertanya pada dirinya sendiri. Tanganya terus menyisir rambut hitamnya agar selalu rapi.
"Apa mungkin Manda yang berhasil membuat Deva berubah kaya gini?" Tanya Rarra lagi pada dirinya sendiri.
"Tapi kenapa Deva waktu itu bilang suka ke aku?" Ini pertanyaan ke-3 Rarra pada dirinya sendiri, namun belum mendapatkan jawaban.
Kejadian Deva yang tiba-tiba datang kerumah Rarra hanya untuk menyatakan perasaan masih terlihat jelas dalam pikiranya. Rarra kira Deva itu serius padanya, karena sejak lama Rarra sudah mengincar Deva untuk menjadi pacarnya. Bisa dibilang Rarra adalah salah satu wanita beruntung di Nusa Bangsa yang berhasil ditembak langsung oleh Deva. Pastinya hari itu menjadi hari patah hati Nusa Bangsa karena salah satu most wanted nya sudah mempunyai pacar. Mereka kira Rarra dan Deva bahagia.
"Kalau memang benar Manda yang jadi penyebab dari semua ini, awas aja kamu Mand!"
Rarra beranjak dari kursi yang sedari tadi didudukinya. Ia berjalan menuju tempat tidurnya.
"Mendingan aku ngalah telfon Deva duluan deh" Ucap Rarra.
Rarra mencari kontak dengan nama Deva lalu dipencetnya tulisan call dalam ponselnya itu.
Kenapa?
Rarra tersedak mendengar suara Deva. Sama sekali tak ada perubahan, datar.
Deva aku ganggu kamu ya?
Deva hanya diam.
Deva?
Hmmm
Sepertinya benar jika Rarra mengganggu Deva. Pantas saja, malam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Tanpa pikir panjang Rarra dulu yang memutus sambungan telfon dengan Deva. Ia melemparkan ponselnya lalu menutup matanya dengan kedua tangan.
"Pokoknya aku harus bisa buat Deva berubah!" Ambisi Rarra semakin menjadi-jadi. Dengan cara apapun harus bisa membuat Deva berubah, setidaknya bisa menghargai Rarra sebagai pacarnya.
Rarra memejamkan matanya, berusaha semoga ia bisa terlelap dalam tidurnya. Tak lama juga, akhirnya Rarra bisa beralih pada alam bawah sadarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Teen FictionSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...