Begitu banyak pilu yang aku pendam sendiri, hanya ditempat ini aku merasakan ketenangan. Setidaknya sedikit pilu yang aku rasakan dapat hilang sejenak.
-Amanda Talitha
•••
Satu jam terakhir pelajaran di SMA Nusa Bangsa. Mata Deva terus melihat jam yang terus berputar pada tempatnya. Waktu siang itu terasa lambat sekali, Deva tak bersemangat.
Aldi teman sebangku Deva sadar bahwa temanya ini sedang tidak bersemangat. Namun Aldi diam saja. Pelajaran terakhir adalah pelajaran kimia. Bu Indah adalah gurunya. Dikenal sangat menakutkan, ketika kepergok berbicara sekata pun dengan teman maka hukumanya adalah dikeluarkan dari kelas. Tidak peduli siapapun siswa yang melanggarnya, namun ketika peraturan yang sudah ditentukan dilanggar pasti Bu Indah selalu tegas. Itu alasanya Aldi hanya bisa diam ketika melihat Deva yang tampak tidak konsentrasi mendengarkan penjelasan guru didepanya.
Kini suara yang dinantikan Deva menggema di seluruh gedung SMA. Bel pulang sekolah berbunyi, selurus siswa berhamburan ke luar kelas. Suasana riuh candaan siswa sudah mulai terdengar. Begitupun dengan Deva, ia cepat mengemas bukunya kedalam tas.
Kini Deva dan Aldi berjalan beriringan. Langkah Deva terhenti karena melihat sosok yang sudah berdiri didepan pintu.
"Hai Deva, pulang bareng kan?" Rarra ternyata sudah berdiri didepan pintu sejak 5 menit sebelum bel pulang berbunyi.
"Udah sana pulang bareng pacar, sekali-kali kan" Kata Aldi sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Tapi aku.." Belum selesai Deva mengatakan kalimat penolakan, Rarra sudah memohon terlebih dahulu.
"Aku ngga bawa mobil, rumah aku kan jauh" Mohon Rarra memegangi tangan Deva.
Deva melepaskan genggaman dari Rarra, namun ia mengiyakan permintaan pacarnya kali ini.
"Mantap bro, duluan yaa!" Akhirnya Aldi memilih untuk menuju parkiran terlebih dahulu.
Yang tersisa hanya Deva dan Rarra. Diam, tak ada yang berbicara.
"Sekarang?" Tanya Rarra ragu.
Tanpa menjawab pertanyaan Rarra, Deva sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan Rarra.
Lagi-lagi Rarra diperlakukan sedingin ini. Sampai kapan Rarra bertahan?
Diparkiran sudah ada Deva yang duduk di motor besarnya. Ia sudah memakai helm fulfacenya, kini tinggal Rarra yang masih berjalan menuju parkiran.
Sampai di parkiran, Rarra langsung menghampiri Deva yang sudah siap diatas motornya. Namun Rarra tak langsung naik, ia ingin bertanya sesuatu kepada Deva.
"Deva?" Panggil Rarra kaku.
"Hmm" Sahut Deva.
"Alasan kamu mau sama aku apa?" Mulut Rarra kaku ketika bertanya seperti itu.
Deva hanya diam. Tak mengatakan apapun pada Rarra.
"Aku tau kamu emang ngga pernah ada rasa sama aku kan?" Tanya Rarra lagi, namun tak kunjung mendapatkan jawaban dari Deva. "Deva? Kok diem?" Tanya Rarra lagi karena yang ia inginkan adalah penjelasan dari Deva. Semua perlakuan dinginya membuat Rarra terluka, namun ia hanya bisa memendam tanpa harus menuntut apa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Teen FictionSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...