BAGIAN 16

32 12 25
                                    

Kamu adalah yang pertama tau tentang sisi burukku.

-Amanda Talitha

•••

Suara bel istirahat bergema. Nusa Bangsa memuntahkan seluruh isi manusia didalam perutnya. Suasana kantin yang awalnya sepi berubah menjadi ramai.

Lain halnya dengan Manda yang masih diam ditempat sendirian. Matanya meneteskan setitik air mata ketika membaca pesan dari ibunya.

Ibu
Hari ini hancur lagi, dan untuk kamu semoga tak membenci ibu yaa.

Kalimat yang ibu kirimkan singkat namun menyimpan makna yang sangat dalam. Ini menandakan bahwa ayahnya memang benar-benar pergi meninggalkan mereka. Bagaimana dengan nasib Manda dan Ray? Ah tentunya yang paling dipertanyakan adalah bagaimana nasib perasaan ibu saat ini? Pastinya sangat sakit.

Dalam kesendirianya di kelas Manda berusaha kuat. Tak ingin menunjukkan kesedihanya pada orang-orang disekitar. Ghea sudah pergi ke kantin terlebih dahulu, sedangkan Manda memilih diam di kelas karena mood nya yang sedang tidak karuan.

Manda menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.

"Kalau mau cerita, cerita aja jangan sungkan." Suara yang begitu Manda kenal, suara itu adalah milik Deva.

Manda langsung membuka wajahnya dan menatap Deva yang sudah berdiri didepanya.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Manda heran.

"Mau ngomong sesuatu ke kamu soalnya, tapi kamunya malah lagi nangis, jadinya saya ngga jadi ngomong deh." Ucap Deva sambil memutari meja milik Manda dan duduk disebelahnya.

"Ngomong apaa?" Tanya Manda penasaran.

"Ngga jadi laa, emm.." Deva bingung, ia kira hari ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengungkap semuanya. Karena kini yang terpenting adalah Manda yabg kelihatanya sedang sedih, kenapa dia?

Mereka diam dalam beberapa detik. Setiap kali mereka bersama pasti tak berani untuk memulai bicara, hingga akhirnya harus menunggu siapa yang mau mengalah membuka pembicaraan. Seperti kali ini, Deva lah yang mengalah untuk membuka pembicaraan.

"Kamu kenapa? Tadi saya liat dari luar kaya nangis, ada masalah?" Tanya Deva.

Manda hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin menceritakan masalah keluarganya kepada siapapun. Kecuali kepada seseorang yang memang dekat dengan Manda dan menjadi kepercayaanya.

"Tenang aja, saya bakal jaga rahasia kamu. Tapi kalau emang ngga mau cerita oke la, saya paham. Tapu kalau butuh teman cerita, inget ada saya yang mau dengerin cerita kamu." Jelaa Deva.

Manda tertegun mendengar kerelaan hati Deva ingin mendengarkan ceritanya. Ada rasa yang berbeda, ketika mereka bertemu tatap rasanya amat berbeda. Ada jantung yang berdegup tak normal yang terjadi terus menerua setiap mereka bertemu. Ada darah yang mengalir deras setiap kali mereka berhadapan dan bertemu pada manik hitam yang sama.

"Makasih yaa Kak.." Kata Manda. Ia tak tau mau mengatakan apa lagi, ia kira harusnya berterimakasih pada Deva.

Deva mengangguk. Ia mwngalihkan pandanganya dari Manda. Ia ingin menetralkan jantungnya terlebih dahulu.

One ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang