Ketika aku menemukan kebenaranya, mengapa tetap saja kamu menghilang?
-Deva Sanjaya
•••
Hari ini cukup membuat Deva lemas. Tenaganya terkuras tadi saat mengerjakan soal. Niatnya sebelum pulang ia ingin mampir ke kedai langgananya, berada di pusat kota penuh keramaian.
Deva berjalan dengan tas yang hanya disampirkan dibahu kanan. Ketika ia melewati gedung kelas 12 IPS, langkahnya terhenti seketika.
Deva mendengar sepertinya ada yang sedang menyebut namanya.
"Aku seneng banget, Deva sama Manda bener-bener renggang. Ngga apa kalau Deva tetep ngga mau sama aku, yang penting Manda juga ngga pantes buat Deva," ucap Rarra dari dalam kelas.
Deva yang masih berdiri didepan pintu terus menajamkan indera pendengaranya. Dengan jelas ia dengar bahwa Rarra sedang membicarakanya.
"Iyaa sumpah aku juga seneng, rencanw kita berhasil," kini Angel mengajak salam tos dengan Rarra.
Wajah mereka dipenuhi dengan binar kemenangan, tanpa sadar Deva masuk dan menatap tajam mereka.
"Maksud kalian apa?!" Ucap Deva dengan nada lantangnya.
Rarra sontak kaget dengan kehadiran Deva, begitu juga Angel tiba-tiba diam tak dapat bicara.
"Jadi ini rencana kalian?!" Tanya Deva lagi, amarahnya tak dapat dikendalikan.
Rarra diam tak menjawab apa-apa, bahkan Angel memilih untuk meninggalkan Rarra bersama Deva.
"Maaf aku mau ke toilet," ucap Angel langsung berjalan keluar kelas.
"Ehh Angel ngga setia kawan banget sih kamu!!" Teriak Rarra geram.
Kini tinggal ada Rarra dengan Deva. Suasana diselimuti ketegangan.
"A.. a... aaakuu bisa jelasin, Dev," ucap Rarra terbata.
"Jelasin apa hah?!" Bentak Deva. Terlihat jelas wajah Rarra yang ketakutan.
"Tadii ii.. tuu.. anuu," ucap Rarra semakin tak bisa mengucap apapun.
Deva melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Rarra, yang Deva ingin adalah kejujuran dari Rarra.
"Kamu masih ngga mau jujur juga?!" Tanya Deva dengan nada tingginya.
"Iyaa... Ini rencana aku," jawab Rarra penuh ketakutan.
Sedetik setelah mendengar jawaban Rarra, Deva benar-benar tak habis pikir. Deva terus menghela nafas panjang dan berusaha untuk meredam emosi pada Rarra. Tanpa berkata apapun, Deva memilih untuk meninggalkan Rarra sendirian.
Kini tinggalah Rarra sendirian.
"Sial! Deket sama Deva lagi kagak, makin dibenci iya," gerutu Rarra.
•••
Deva berjalan cepat menuju parkiran sekolah. Ia mencari keberadaan motornya, setelah ditemuinya motor miliknya langsung ia tunggangi dan dibawa melesar menyusuri jalanan kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Fiksi RemajaSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...