BAGIAN 29

17 4 1
                                    

Melupakan itu susah ya, buktinya sampai saat ini aku masih suka ingat kamu.

-Deva Sanjaya

•••

"Si Manda apa kabar yaa?" Tanya Deva pada Aldi, teman kelasnya.

Aldi yang menerima pertanyaan dari Deva mengerutkan kedua alisnya, "lah mana aku tau, emang aku emaknya," ucap Aldi terkekeh.

Sudah hampir tiga bulan lebih Deva dan Manda tak bertemu tatap. Untuk mengirim pesan saja sudah tak enak. Kehidupan baru setelah peristiwa saat itu memang nyata.

"Btw kamu yakin lolos UI?" Tanya Aldi sedikit ragu.

"Kenapa harus ngga yakin?" Pertanyaan Aldi malah dibalas tanya pula oleh Deva.

Besok adalah hari paling bersejarah untuk Deva. Hari dimana ditentukanya kemana Deva akan menggali ilmu kembali. Hari dimana sebagai penentu akan keberhasilan mimpi Deva. Besok adalah hari lolos atau tidaknya Deva di universitas impianya.

"Besok kita liat pengumuman bareng-bareng yaa," ajak Aldi pada Deva.

Deva mengangguk, tandanya ia mengiyakan ajakan Aldi.

Di detik berikutnya Deva mengajak Aldi untuk kembali ke rumah dan beristirahat.

"Cabut yuk," ajak Deva sambil melihat jam yang melingkar di tangan kananya.

"Kuy," Aldi beranjak dari kursinya dan berjalan beriringan denagn Deva.

Hingga mereka harus berpisah di parkiran kedai langgananya, Aldi memilih untuk melesat lebih cepat dengan motornya.

Dan tinggalah Deva seorang diri. Tanganya meraih helm dan dipakaikanya ke kepala. Langsung ia menaiki motornya dan pergi meninggalkan kedai itu.

Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian. Dan pikir Deva masih melayang pada Manda.

"Apa cuma aku yang masih punya rasa yang sama? Bagaimana dengan kamu?" Tanya Deva tanpa ada jawaban.

Deva terus menyusuri jalanan kota. Banyak lalu lalang kendaraan yang menyalipnya namun ia tetap setia dengan kecepatan sedangnya.

Kala itu, Deva begitu menikmati jalanan kota. Ingin mencoba bercakap namun ia hanya sendirian.

"Saya beneran sayang sama Kak Deva," ucap gadis itu lembut.

Deva hanya tersenyum senang dan terus menikmati perjalanan malamnya bersama gadis itu.

"Kok diem si?" Tanya gadis itu sedikit memanyunkan bibirnya. Sepertinya ia sedikit geram karena pengungkapanya tak mendapat respon apapun dari Deva.

Deva hanya terkekeh pelan. Hal ini semakin membuat gadis yang sedang berada di jok belakang motornya semakin geram.

"Aduh sakit!" Teriak Deva tiba-tiba.

Pandangan Deva menuju lengan tangan kananya. Sudah ada tangan gadis itu yang selesai mencubit dengan kerasnya.

"Sakit bego!" Bentak Deva.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang