Kenapa harus kamu yang datang untuk menolongku. Semoga saja perasaanku padamu biasa saja.
-Amanda Talitha
•••
Angin malam menusuk persendian tubuh Deva. Seperti biasa, ia duduk di balkon kamarnya dengan segelas coklat panas kesukaanya.
"Devaa" Panggil Mamah lirih.
"Iya, mah?"
Mamah Deva mencoba duduk di kursi sebelah Deva. Keheningan terjadi lagi untuk beberapa menit sebelum akhirnya Deva lah yang mencoba bertanya.
"Mah? Kenapa ke kamar? Ada sesuatu?" Tanya Deva penasaran.
"Teman kamu tadi namanya siapa?"
"Manda, mah"
"Kamu tau sesuatu tentang apa yang terjadi pada Manda?"
Deva mengernyitkan dahinya ketika mendengar pertanyaan mamahnya.
Tau sesuatu? Tentang apa?
"Ngga, mah. Deva ngga tau apa-apa"
Mamah Deva menghela nafas sebelum berkata selanjutnya.
"Jangan bikin beban buat Manda yaa, sudah terlalu banyak beban yang Manda pendam sendirian. Terus jadi teman yang baik untuk Manda." Kata mamah menatap Deva lembut.
"Maksud mamah?" Deva sebenarnya bingung mengapa mamahnya itu berkata demikian. Apa yang terjadi dihidup Manda?
"Sekarang Manda udah sadar. Udah mamah gantiin bajunya, sekarang sedang makan dikamarnya. Kalau mau nyamperin, samperin aja"
Setelah memberitahu bahwa Manda sudah sadar, kini mamah beranjak pergi dari kamar Deva.
Tinggalah Deva seorang diri. Jam menunjukkan pukul 10 malam, terbesit pertanyaan di kepala Deva.
Lagi-lagi kamu buat aku penasaran,Man. Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?
Deva menghela nafas. Ia sadar bahwa pertanyaanya tak pernah akan mendapat jawab.
"Coba ke kamar Manda atau engga?" Deva bingung. Ia takut mengganggu Manda karena jam sudah terlalu larut malam.
Lebih baik Deva membiarkan Manda untuk sendiri terlebih dahulu, dan besok baru ia bisa bertemu dengan Manda.
•••
Kini suasana berbeda sedang dirasakan Manda. Berada diruangan yang baru ia tempati membuat Manda tak berhenti untuk memperhatikan sudut demi sudut ruangan.
Rasanya nyaman ketika tidak ada dirumah. Setidaknya Manda bisa membuang beban sejenak karena pertengkaran keluarganya. Tak peduli bagaimana khawatirnya ibu atau Ray, Manda hanya ingin rehat sejenak.
Manda berbaring dengan selimut setinggi dada. Pertengkarang orang tuanya sebenarnya masih terngiang di telinga Manda. Setitik bulir bening menetes, sekuat apapun ia menahan namun lolos juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Teen FictionSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...