Sebenarnya semangat itu palsu. Karena sumber dari semangatku adalah kamu.
-Deva Sanjaya
•••
Matahari kembali menampakkan wajahnya. Deva kini sudah siap dengan seragam kebanggaanya. Hari ini adalah hari pertama ujian, dan pastinya Deva harus semangat.
Deva menyisir kembali rambutnya yang hitam pekat, lalu dibenarkanya dasi yang sedikit berantakan. Setelah dirasa cukup, Deva keluar dan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Disana sudah ada orang tua Deva.
"Pagi Pah! Pagi Mah!" Sapa Deva semangat.
Deva menarik kursi disebelah ibunya. Diraihnya sepiring roti bakar yang sudah disiapkan oleh Kamila.
"Pokoknya anak papah ini harus bisa ngerjain soal nanti yaa!" Kata Marga memberi semangat untuk Deva.
"Pasti dong, Pah! Papah sama mamah doain pokoknya!" Deva nampak begitu bersemangat.
Suap demi suap potongan roti Deva masukkan ke mulutnya. Hingga akhirnya tiba pada potongan terakhir roti bakar miliknya, ia menelan roti yang sudah ia kunyah sempurna. Setelah itu langsung tanganya menyambar segelas susu putih hangat khusus untuknya.
"Alhamdulillah.." Gumam Deva sambil meletakkan gelas susu miliknya.
Deva beranjak dari kursinya hendak menyalami orang tuanya. Tanganya ia ulurkan pertama pada Marga dan selanjutnya pada Kamila.
"Deva minta doa restu dari papah sama mamah. Semoga Deva bisa dapet hasil yang memuaskan" Ucap Deva.
"Yang paling penting Deva harus nglakuin yang terbaik!" Kata Kamila yang dibalas anggukan oleh Deva.
Setelah cukup, Deva melangkahkan kaki keluar menuju garasi rumahnya. Ia mendekati motor hitam mengkilat kesukaanya. Lalu ditumpanginya motor tersebut dan dibawanya melesat menyusuri jalanan kota.
Disepanjang perjalanan Deva terlihat sangat santai. Ia mencoba untuk lebih tenang supaya dapat mengerjakan soal nanti. Karena jika Deva merasa gugup, maka materi yang sudah dikuasai dalam-dalam akan buyar begitu saja.
Namun ada satu pikiran yang terlintas dipikiran Deva. Nama yang selama ini masih sama dalam hatinya. Amanda Talitha, masih menjadi tua dalam hati Deva. Namun nyatanya kini harus jauh.
"Ah Manda ngga ngasih semangat sekalipun" Gumam Deva sendirian.
Sepanjang perjalanan Deva nikmati. Hingga tak terasa sampai juga Deva di sekolahnya. Ia memasuki gerbang tinggi menjulang, bersama motornya ia menuju kearah tempat parkir untuk siswa.
Deva turun dari motornya, ia membuka helm fullface miliknya. Ia menatap sekitaran, suasana beda sedang ia rasakan. Nusa Bangsa sedikit lebih sepi, karena kelas 10 dan 11 diliburkan.
Ketika Deva hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil dari belakang. Sontak Deva terkejut dan membalikkan badanya kebelakang.
"Deva tunggu!" Panggil sosok itu.
Deva bingung melihat orang yang memanggilnya. Ternyata orang itu adalah Rarra. Rarra berjalan mendekati Deva.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Reason
Teen FictionSiapa sangka Manda yang selalu terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan luka yang amat dalam. Ceritanya bukan melulu tentang asmara namun juga tentang perjuangan kehidupan. Begitu lelah jika memang harus diceritakan, sakitnya dalam hati tak pern...