~• 1 •~

1K 48 3
                                    

Typo bertebaran.

•Happy Reading•

⭐⭐⭐⭐
⭐⭐⭐
⭐⭐

"Ayolah pa, ini bukan jamannya Siti Nurbaya! Masa iya sih dijodoh-jodohin segala? Andana bisa kok nyari jodoh sendiri" ucap seorang gadis yang terus membujuk papanya agar membatalkan perjodohan yang akan dilakukan itu.

"Kamu harus nurut sama papa,  Andana. Ini juga demi kebaikan kamu! Papa gak mau kamu salah pilih calon suami. Lagian anak ini baik kok, dia juga gak kalah ganteng sama abang kamu" ucap lelaki paruh baya dengan tegas.

Andana, gadis itu menghela napas lelah. Sudah dari berapa hari dia membujuk papanya agar membatalkan perjodohan itu. Tapi tetap saja, papanya ini sangat keras kepala sama seperti dirinya.

"Terserahlah! Andana capek!" ucapnya ketus, lalu beranjak dari meja makan dan keluar untuk pergi kesekolahnya.

"Loh Dana! Gue belum selesai astaga! Tungguin Woi" teriak Bram~abang kandung dari Andana. Anak pertama dari keluarga Albert.

Dengan cepat Bram menyelesaikan sarapannya dan meminum susu yang sudah disiapkan, lalu beranjak dari kursi dan menyalimi kedua orang tuanya.

"Bram pergi dulu pa, ma. Assalamualaikum" ucapnya lalu berlari menyusul Andana yang sudah menunggu didalam mobilnya.

"Wa'alaikumsalam" jawab kedua orang tuanya.

Rania menatap kearah suaminya yang sedang menyesap kopi buatannya itu, dengan keberaniannya dia bertanya.

"Pa, gimana kalo Andana marah sama perjodohan ini? Kalo Andana sampai nekat buat kabur gimana?" tanya Rania membuat Edgar menoleh kearahnya, lalu menghela napas jengah.

"Kita bujuk dia pelan-pelan. Kamu juga kasih tau sama dia kalo ini tuh yang terbaik buat dia sayang" ucap Edgar.

Rania menghela napasnya "Nanti aku coba buat ngomong pelan-pelan sama dia"

~~~~~

"Tristan, gimana sama keputusan kamu? Kamu setujukan? Ini udah 2 hari lho" ucap wanita paruh baya kepada sang anak.

Tristan menghela napas lelah "Terserah bunda sama ayah aja! Tristan ngikut aja" ucapnya pasrah.

Ayah dan bundanya tersenyum senang. Akhirnya setelah 2 hari menunggu, mereka mendapat jawaban yang sangat dinanti-nanti.

"Yasudah besok malam kita bakal ketemu sama calon istri kamu dan keluarganya" ucap sang ayah.

Tristan hanya mengangguk pasrah, toh jika dia menolak juga pasti akan tetap dijodohkan bukan? Jadi, buat apa dia menolak? Dengan berbagai alasan pun itu tidak akan mempan.

"Emang bang Titan mau ngapain?" tanya seorang gadis kecil yang duduk dikursi khusus, disamping sang bunda.

Mereka menoleh lalu tersenyum "Gak ngapa-ngapain kok, besok kamu mau ikut bunda atau tinggal sama bi Sinta?" ucap Gheisa~bunda Tristan dan Ana.

Ana nampak berpikir, jika dia ikut pasti akan lama. Tapi jika dia tidak ikut, dia pasti sendirian, tidak akan bisa ngapa-ngapain kalau hanya sama pembantu dirumahnya ini.

"Hmm... Ana ikut aja deh bunda! Ana bosen kalo dilumah telus, gak ngapa-ngapain juga dilumah" ucapnya.

Gheisa tersenyum lalu mengangguk "Yasudah tapi jangan rewel ya" pesan Gheisa membuat Ana mengangguk semangat.

"Yaudah kalo gitu, Tristan pamit dulu" ucap Tristan lalu beranjak dan menyalimi kedua orang tuanya. Dan beralih pada adik kecilnya itu.

"Abang pergi dulu ya tuan putri" pamit Tristan pada adiknya sambil mengusap kepalanya dan mengecup pipi gembul adiknya itu.

MY SWEET HUSBAND (ON GOING) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang